Teruslah Sibuk Memperbaiki Diri
Setiap
kita tahu, bahwa tidak ada satupun manusia di dunia ini yang mendapat predikat
terbaik, tanpa ada satupun dosa pada diri. Tidak ada satupun insan yang luput
dari segala kekhilafan, apapun bentuknya.
Begitupun
dengan saya. Seorang perempuan dengan segala keterbatasan. Mungkin bagi
teman-teman yang pernah, atau masih sudi mengenal saya, baik secara pribadi
maupun sambil lalu, sedikit tidak percaya, bahwa saya sejatinya bukanlah sebaik
yang dipikirkan.
Ya...
orang lain hanya melihat saya dari luar saja. Mungkin sebagian mengira, diri
ini sebagai sosok pendiam, lemah lembut, dan penyayang. Waduh, kok jadi memuji diri sendiri, ya. Sungguh, saya bukanlah
tipe perempuan seperti yang diduga.
Semua
karena Allah Swt telah menutup segala aib saya
Sejujurnya,
sayapun seringkali tidak bisa menahan emosi kala berhadapan dengan hal-hal yang
bertentangan dengan hati dan pikiran. Seringkali mengeluarkan pendapat, bahkan
menimbulkan perdebatan dengan orang lain, apabila belum menemukan sepakat.
Meskipun pada akhirnya memilih bersikap diam karena tak ingin memperpanjang masalah.
Betul,
saya memilih bersikap diam, apalagi beberapa tahun belakangan, mengalami
beberapa peristiwa yang membuat diri ini tersadar, bahwa tidak semua ekpektasi
menjadi senyatanya, bahwa tidak semua harap akan terwujud, tak hanya belaka.
Hal
ini dilatari karena saya pernah mengalami beberapa luka tak berdarah yang
hingga kini, mungkin masih belum betul-betul menemukan penyembuh. Bisa jadi
karena saya terlalu memikirkan hal-hal yang belum tentu terjadi, akibat overthingking, hingga menyebabkan krisis
kepercayaan diri.
Terus berproses menjadi pilihan
Sengaja
saya menulis tentang ini, agar kelak jejak-jejak yang tertinggal dalam tulisan
ini bisa menjadi pengingat diri, bahwa berproses untuk terus belajar
memperbaiki diri sangatlah penting.
Meskipun
sempat mengira bahwa semua akan cepat berlalu, dan saya bisa sembuh secepat membalik
telapak tangan.
Nyatanya,
proses untuk sembuh memerlukan waktu yang sangat panjang. Beberapa kali saya
terjatuh, dan terseok-seok untuk bangkit. Beberapa kali hampir putus asa, dan
merasa tak sanggup menghadapi segala permasalahan menghadang.
Saya
lelah.
Saya
sudah tidak menginginkan apapun.
Menyedihkan
sekali, saat menyadari, bahwa hal tersebut merupakan sebuah kesalahan. Hal itu sama
saja menunjukkan, akan kurangnya rasa syukur yang telah Allah Swt karuniakan.
Sama
juga menganggap bahwa setiap ujian merupakan salah satu bentuk sayang-Nya yang
tak terhingga pada saya.
Saya
lupa bahwa rencana saya bukanlah rencana yang baik, tetapi setiap rencana-Nya,
itu pasti yang terbaik.
Diripun
seolah melupa makna, bahwa dibalik setiap ujian, apabila mau bersabar, maka
akan hadir kemuliaan. Allah Swt yang akan memberikan kebahagiaan dari arah atau
bentuk yang tidak akan pernah saya tahu.
Langkah
yang perlu diambil adalah saya harus terus memperbaiki diri. Melakukan hal-hal
baik, dalam segala bentuk. Tidak usah berharap apapun atas kebaikan-kebaikan
tersebut. Apalagi berharap akan mendapatkan pujian dari manusia.
Lakukan
saja, semua demi Allah Swt.
Begitu
hati ini berkata.
Begitulah.
Saya hanya perlu untuk terus memperbaiki diri. Apapun bentuk dan prosesnya,
yang harus dinikmati. Salah satunya, dengan menulis apapun, yang baik-baik.
Semoga ini menjadi salah satu jalan meraih rida-Nya. Aamiin.
#inspirasi
1 Comments
The title of your post is absolutely correct Keep Busy Improving Yourself. I found this post very interesting. When I am currently receiving information about best research paper writing service. Yeah, Every one of us knows that there is not a single human being in this world who gets the best title,
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^