Si Introvert Yang Telah Berubah
Menjadi
pribadi yang tertutup dan lebih senang menyendiri, itulah aku, Novarina Dian
Wardani. Sagitarius yang lahir tanggal 23 November 1978, di Nganjuk, lebih dari
40 tahun yang lalu, dengan weton Kamis
Pahing. Mungkin sebagian dari teman-teman ada yang tidak percaya, kalau aku
seorang yang tertutup. Kenyatannya memang begitu. Beberapa tahun yang lau.
Menikmati
kesendirian. Berkutat dengan buku, mendengarkan musik dan kadang menulis di
buku harian, lebih sering kulakukan, daripada hangout bersama teman. Aku minder, tidak percaya diri, merasa tidak
seorangpun mau berteman denganku.
Keadaan
yang didukung dengan kondisi tubuh yang jauh dari ramping, tidak menarik dan
mempunyai pemikiran bahwa tidak seorangpun mau berteman denganku, apalagi ada
cowok yang naksir. Sungguh suatu pemikiran yang naïf sebenarnya.
Dengan
tubuh yang gemuk, (bahkan ada yang menyebutku ‘bom’, saat sekolah dulu), tentu
aku sering menjadi bahan bully
teman-teman. Suatu penderitaan bagiku. Bertahun-tahun dalam kondisi seperti
itu, membuatku semakin tenggelam bersama sepi.
Melewati
masa remaja, aku semakin hobi berkirim surat atau korespondensi bersama
teman-teman. Sengaja kupilih yang domisilinya jauh, bahkan diluar pulau, agar
kesempatan untuk bertemu menjadi mustahil. Sekali lagi, suatu pikiran yang
bodoh, bukan?
Seiring
berjalannya waktu, meskipun belum sepenuhnya, aku mulai membuka diri. Menjalin
pertemanan dengan siapapun. Mencoba menerima kekurangan diri, meskipun ragu
sering menghinggapi.
Tetapi
kegemaran menulis saat itu, meskipun belum seperti sekarang, tetap aku lakukan.
Buku harian yang berisi curahan hati, sering berganti lembar demi lembar,
hingga berganti buku. Mencoba menikmati aktivitas ini, meskipun belum terbersit
bahwa hal ini kelak menjadi hal yang banyak mengubah hidupku.
Hingga
awal tahun 2016, merasakan ada sesuatu yang begejolak saat diri ingin terus
menggores pena. Ingin belajar menulis dan menjadi penulis. Tetapi ada aral
dihadapan. Aku belum tahu arah, belum tahu harus berguru pada siapa.
Pada
suatu saat, ketika sedang membuka akun pertemanan, yaitu facebook, aku menemukan tulisan seseorang, dengan, gaya tulisan
agak nyleneh dan cenderung blak-blakan. Tapi aku suka. Lantas memberanikan diri
untuk mengenalnya lebih dekat. Ternyata, dibalik tulisannya yang cenderung
absurd, dia baik, mau berbagi ilmu dengan siapapun.
Suatu
saat, dia mengadakan sebuah antologi dan diberitahukan bahwa naskah yang lolos
seleksi, akan dijadikan buku. Wah… sebuah kesempatan yang tentu saja sangat
menantang dan membuat senang. Sebuah mimpi akan segera terwujud. Nama tercantum
di sebuah buku beserta tulisan didalamnya. Akupun teringat, pernah mempunyai
sebuah naskah dalam bentuk cerpen. Lantas dengan sangat percaya diri, kukirim
naskah tersebut. Hasilnya? Naskah tidak sesuai harapan penyelenggara antologi!
Bahkan dari 6 lembar yang kukirim, terpangkas menjadi 3 lembar saja!
Sedih.
Jelas. Sebagai penulis pemula, itu sungguh membuatku sangat sakit hati. Akupun
berhenti menulis. Menangis tersedu di pojokan. Menyedihkan.
Tetapi
penyelenggara antologi masih mau berbaik hati dan memberi kesempatan. Bagi yang
mau memperbaiki naskah dan sesuai dengan tema, naskah tetap akan dijadikan
buku. Tanpa ragu, kuambil kesempatan itu. Bertekad menjadikan tulisan lebih
baik.
Setiap
keberhasilan dan kesuksesan seringkali harus melalui perjuangan. Itu terjadi
juga pada naskahku. Tidak mudah bagi seorang pemula seperti, bisa membuat
naskah cerpen yang baik. Diksi yang lemah, alur kurang mengena, penggunaan EYD
(sekarang EBI) yang tidak pas dan sebagainya, membuat naskahku termasuk
kategori kurang.
Namun
semua terbayarkan. Saat naskah bisa kuperbaiki dan lolos. Itulah antologi
pertamaku.
Kenyataan
saat diri bisa diterima, meskipun hanya melalui untaian kata, membuat rasa
percaya diri menjadi tumbuh. Aku tidak lagi merasa sendiri.
Begitulah.
Si introvert ini telah berubah.
Melalui tulisan, semangat bertumbuh, terselip rasa bahagia. Menulis seolah
menjadi bagian dari hidup, tidak sekadar kebutuhan belaka. Aku berharap, masih bisa
terus menulis, menebar kebaikan dan ada manfaat yang bisa diambil orang lain.
Adapun realita aku mendapat rejeki dari menulis, dalam bentuk apapun, kuanggap
semua bonus dari Allah.
#KOPLING
#TantanganPerkenalanDiri
14 Comments
Saya pun introvert nih mbak, mau digimanain kok tetep sama ya 😣
ReplyDeleteCobalah untuk menyapa orang lain terlebih dulu. Keramahan, menyediakan diri untuk menjadi teman dan pendengar yang baik, semoga menjadi langkah awal yang baik, untuk kita membuka diri, mbak Kiky ^^
DeleteIyakah? Belum percaya, wong ramah gini kok
ReplyDeleteAku dulu introvert, mbak Resti ^^
DeleteSalut...
ReplyDeleteMatur nuwun ^^
DeleteKeren mbak
ReplyDeleteMatur nuwun. Masih belajaran kok ^^
ReplyDeleteWeh. Bubuhan Kopling nih. Hehehehe.
ReplyDeleteSekaligus menguji diriku sendiri, bisa menulis sesuai tantangan atau tidak, mas Zen ^^
DeleteMastaaaah....
ReplyDeleteMasih belajar, mas Zen
DeleteIndeed, people with such a mentality are much easier to be alone because it is more comfortable and convenient for them than they are constantly in the circle of people.
ReplyDeletePlay casino - No.1 for the Casino Guru
ReplyDeleteNo nba매니아 longer have 바카라 the opportunity to go https://sol.edu.kg/ to the casinos or read the reviews of the slots you love. But they're not always the หาเงินออนไลน์ same. Sometimes you have poormansguidetocasinogambling a new online
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^