Menikah Untuk Mencari Rida Allah
Setiap akan menulis tentang pasangan (suami) saya, atau tentang
kehidupan pernikahan kami, sebetulnya selalu ada rasa sungkan (≠ sungguh
mengharapkan, lho). Secara menurut saya, pernikahan kami biasa-biasa saja,
tidak ada kisah (mungkin) istimewa untuk dibagikan pada orang lain. Tapi kok
tetap ingin menulis tentang ini. Biarlah. Kelak suatu saat, bila tulisan ini
terbaca lagi, bisa menjadi salah satu cara untuk mengevaluasi diri ^^.
Postingan ini sebenarnya terinspirasi saat membaca tulisan salah
satu teman di blog pribadi. Berisi tentang mulai awal dia menikah dengan
seseorang yang sebenarnya tidak dia harapkan, hingga kini masih membersamai
menjalani kehidupan rumah tangga berdua.
Saya menjadi teringat dengan kisah pribadi. Hampir mirip dengan
kisah saya dan suami.
Cerita berawal saat kami dikenalkan dengan teman kerja saya, yang notabene ternyata teman kuliah suami.
Saat itu saya habis putus dengan ‘pacar’. Ehem. Ya ampun, teringat kalau pernah
merasakan berpacaran, itu rasanya gimana gitu, ya. Setidaknya saya bisa
bercerita kalau pernah punya ‘mantan’ Hahaha.
Dua insan yang sama-sama asing, belum pernah bertemu dan saling
kenal sebelumnya, rasanya memang agak aneh. Momen yang paling saya ingat saat
pertama kami bertemu adalah, saat berjabat tangan (ya, tangan kami saling
bersentuhan), terasa banget kalau
tangan si dia tuh dingiinnn banget.
Nggak tahu kenapa, mungkin grogi atau entah kenapa (setelah menikah, saat
ditanya hal ini, suami bilang kalau dia memang gugup saat pertemuan itu. Ehem).
Tidak membutuhkan proses lama, bagi suami (eh, saat itu masih
calon), untuk menemui kedua orangtua, lantas mengajukan proposal khitbah. Saat itu semua berjalan lancar. Kami menurut, orangtua
rida, dan tentu saja berharap Allah juga rida. Aamiin.
Begitulah. Kami menikah dan menjalani kehidupan sebagai suami istri.
Hanya itu saja? Selain status yang berubah dari single menjadi double,
tentu ada hal lain, bukan?
Tepat. Menjalani sebuah pernikahan, itu harus siap secara lahir
maupun batin. Siap menerima segala kekurangan pasangan. Klise, ya. Tapi memang
begitu realitanya. Kesiapan menerima kekurangan, berumah tangga penuh
keihkhlasan, kesabaran dan hanya mengharap ridaNya, itu memang harus kita
jalani dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab dalam hidup ini.
Ada hal penting lain, yaitu mmenyadari bahwa menikah itu bukan
tentang perlombaan, bukan tentag menang atau kalah, bukan tentang siapa Lu,ape Lu.
Menikah itu ya tentang aku, kamu dan kita. Ya nggak?
Jadi ya tentu saja tidak boleh dong
salah satu atau salah dua antara suami istri itu merasa paling benar, paling
jago, paling hebat dan merasa paling-paling apalah.
Menikah itu merupakan proses belajar terus, terus dan terus. Setiap
saat, sepanjang waktu (selama menjalani suami atau istri, tentu saja). Saya
menulis ini tentu saja berdasar pengalaman pribadi ya. Contohnya, betapa saya
pernah gemes-gemes manja pada suami
yang jarang mengungkapkan perasaan dengan kata-kata. Padahal, sebagai perempuan,
wajar dong, sesekali ingin juga
dibanjiri kata-kata mesra. Uhuy…
Ternyata, keinginan saya jarang terwujud. Mungkin memang si dia
bukan tipe romantis (bukan rokok makan gratis, lho). Meskipun berharap dapat
kalimat-kalimat mesra terucap darinya, tetapi dia memang lebih suka
mengungkapkan melalui tindakan nyata, kok. Contohnya seperti apa? Rahasia, dong
hehe.
Baca : Ungkapkan Dengan Kata
Riak-riak dalam kehidupan rumah tangga tentu saja ada, tidak
terkecuali yang kami alami. Namun, semua harus kembali pada niat awal
memutuskan untuk menjalani sebuah pernikahan. Kami masih dan harus terus
belajar untuk manjadi dan semakin baik sebagai insan yang disatukan Allah dalam
sebuah ikatan suci, serta mempunyai prinsip bahwa semua yang dijalani dan
dilakukan semata untuk berharap ridaNya. Aamiin.
4 Comments
duhh aku terjebak baca ini, jd baper kan
ReplyDeleteIni bukan jebakan betmen lho, mas Ian ^^
DeleteBeneran baper? Syukurlah #ups :D
Wihh... Kisahnya, bikin pengen cepat menikah 🙊
ReplyDeleteSemoga segera bertemu jodoh ^^
DeleteTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^