Menikah Untuk Mencari Rida Allah


Menikah Untuk Mencari Rida Allah


pic by pixabay

Setiap akan menulis tentang pasangan (suami) saya, atau tentang kehidupan pernikahan kami, sebetulnya selalu ada rasa sungkan (≠ sungguh mengharapkan, lho). Secara menurut saya, pernikahan kami biasa-biasa saja, tidak ada kisah (mungkin) istimewa untuk dibagikan pada orang lain. Tapi kok tetap ingin menulis tentang ini. Biarlah. Kelak suatu saat, bila tulisan ini terbaca lagi, bisa menjadi salah satu cara untuk mengevaluasi diri ^^.


Postingan ini sebenarnya terinspirasi saat membaca tulisan salah satu teman di blog pribadi. Berisi tentang mulai awal dia menikah dengan seseorang yang sebenarnya tidak dia harapkan, hingga kini masih membersamai menjalani kehidupan rumah tangga berdua.

Saya menjadi teringat dengan kisah pribadi. Hampir mirip dengan kisah saya dan suami.

Cerita berawal saat kami dikenalkan dengan teman kerja saya, yang notabene ternyata teman kuliah suami. Saat itu saya habis putus dengan ‘pacar’. Ehem. Ya ampun, teringat kalau pernah merasakan berpacaran, itu rasanya gimana gitu, ya. Setidaknya saya bisa bercerita kalau pernah punya ‘mantan’ Hahaha.

Dua insan yang sama-sama asing, belum pernah bertemu dan saling kenal sebelumnya, rasanya memang agak aneh. Momen yang paling saya ingat saat pertama kami bertemu adalah, saat berjabat tangan (ya, tangan kami saling bersentuhan), terasa banget kalau tangan si dia tuh dingiinnn banget. Nggak tahu kenapa, mungkin grogi atau entah kenapa (setelah menikah, saat ditanya hal ini, suami bilang kalau dia memang gugup saat pertemuan itu. Ehem).

Tidak membutuhkan proses lama, bagi suami (eh, saat itu masih calon), untuk menemui kedua orangtua, lantas mengajukan proposal khitbah. Saat itu semua berjalan lancar. Kami menurut, orangtua rida, dan tentu saja berharap Allah juga rida. Aamiin.

Begitulah. Kami menikah dan menjalani kehidupan sebagai suami istri.

Hanya itu saja? Selain status yang berubah dari single menjadi double, tentu ada hal lain, bukan?

Tepat. Menjalani sebuah pernikahan, itu harus siap secara lahir maupun batin. Siap menerima segala kekurangan pasangan. Klise, ya. Tapi memang begitu realitanya. Kesiapan menerima kekurangan, berumah tangga penuh keihkhlasan, kesabaran dan hanya mengharap ridaNya, itu memang harus kita jalani dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab dalam hidup ini.

Ada hal penting lain, yaitu mmenyadari bahwa menikah itu bukan tentang perlombaan, bukan tentag menang atau kalah, bukan tentang siapa Lu,ape Lu. Menikah itu ya tentang aku, kamu dan kita. Ya nggak?

pic by pixabay

Jadi ya tentu saja tidak boleh dong salah satu atau salah dua antara suami istri itu merasa paling benar, paling jago, paling hebat dan merasa paling-paling apalah.


Menikah itu merupakan proses belajar terus, terus dan terus. Setiap saat, sepanjang waktu (selama menjalani suami atau istri, tentu saja). Saya menulis ini tentu saja berdasar pengalaman pribadi ya. Contohnya, betapa saya pernah gemes-gemes manja pada suami yang jarang mengungkapkan perasaan dengan kata-kata. Padahal, sebagai perempuan, wajar dong, sesekali ingin juga dibanjiri kata-kata mesra. Uhuy…

Ternyata, keinginan saya jarang terwujud. Mungkin memang si dia bukan tipe romantis (bukan rokok makan gratis, lho). Meskipun berharap dapat kalimat-kalimat mesra terucap darinya, tetapi dia memang lebih suka mengungkapkan melalui tindakan nyata, kok. Contohnya seperti apa? Rahasia, dong hehe.

Add caption


Riak-riak dalam kehidupan rumah tangga tentu saja ada, tidak terkecuali yang kami alami. Namun, semua harus kembali pada niat awal memutuskan untuk menjalani sebuah pernikahan. Kami masih dan harus terus belajar untuk manjadi dan semakin baik sebagai insan yang disatukan Allah dalam sebuah ikatan suci, serta mempunyai prinsip bahwa semua yang dijalani dan dilakukan semata untuk berharap ridaNya. Aamiin.



Post a Comment

4 Comments

  1. duhh aku terjebak baca ini, jd baper kan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini bukan jebakan betmen lho, mas Ian ^^

      Beneran baper? Syukurlah #ups :D

      Delete
  2. Wihh... Kisahnya, bikin pengen cepat menikah 🙊

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^