Jadilah Pemenang Di Setiap Tantangan
Melihat
salah satu acara favorit yang tayang sore ini (Minggu, 10 Maret 2019), di salah
satu televisi swasta, membuat aku mempunyai ide untuk menulis. Tentang
tantangan. Tentang kompetisi. Tentang percaya pada kemampuan diri sendiri.
Acara
yang kumaksud adalah Masterchef Indonesia. Suka banget
dengan acara ini. Meskipun aku tidak begitu pandai memasak, tetapi yang membuat
kontestan harus pandai berkreasi dengan bahan-bahan yang sudah disiapkan
menjadi olahan hingga siap disajikan untuk dicicipi para juri, menjadi poin
tersendiri bagiku. Apalagi kalau ada chef Juna dengan gayanya yang sok cool banget (maaf ya, chef, hihi). Bikin
gemes deh.
Ceritanya,
pada tayangan kali ini, aku menemukan hal yang cukup menarik. Seperti pada
judul di atas, tentang menjadi pemenang di setiap tantangan. Saat itu, para
kontestan diberi kesempatan untuk membuat olahan yang akan dinilai para juri.
Bahan utamanya adalah ikan barramundi.
Ikan
barramundi
atau kakap putih adalah suatu jenis ikan berpindah dalam keluarga Latidae dari
ordo Perciformes. Jenis ikan ini tersebar luas di wilayah Hindia-Pasifik Barat
mulai dari Asia Tenggara sampai Papua Nugini dan Australia Utara. Ikan ini
dikenal dengan nama Pla kapong di Thailand dan Barramundi di Australia. Oleh
komunitas ilmiah internasional, ikan ini disebut sebagai Asian see bass (kakap laut Asia) atau Australian sea bass (kakap laut Australia). Ikan ini merupakan
salah satu komoditas budidaya laut unggulan di Indonesia (Wikipedia.com).
Aku
tidak akan membahas lebih lanjut tentang ikan barramundi, tetapi tentang
bagaimana perjuangan para kontestan untuk membuat olahan berbahan ikan tersebut
serta reaksi para juri. Terbatasnya waktu, membuat para kontestan harus bisa
berpikir cepat dan menggunakan kreasi semenarik mungkin, tentu dengan taste (rasa) yang diharapkan serta
sajian sesuai harapan para juri, agar mereka bisa lolos di babak berikutnya.
Tidak
sedikit kontestan yang merasa bingung mau diapakan ikan barramundi tersebut,
sampai ada yang hampir kehabisan waktu hingga membuat olahan yang sekadarnya. Tentu
saja ini membuat para juri kecewa. Apalagi ada yang menamakan olahan dengan
sekadar nama begitu saja. Sontak membuat chef Juna (lagi-lagi dia!) tidak bisa
meredam amarah dan memberitahukan para kontestan, bahwa acara tersebut
merupakan kompetisi dan bukan ajang untuk main-main. Sudah seharusnya peserta
bersungguh-sungguh.
Sebuah
kompetisi, tentu ada yang menang, juga ada yang kalah. Ada yang masih bisa
bertahan dan diberi kesempatan untuk memperoleh banyak hal baru, tetapi ada
juga yang harus (bahkan terpaksa) berhenti melanjutkan langkah untuk
berkompetisi dengan kontestan lain.
Begitulah
yang terjadi. Saat acara tersebut, ada salah satu kontestan yang dianggap harus
keluar karena dianggap kurang mampu menghasilkan masakan yang sesuai keinginan
juri, tetapi pada kenyataannya malah bisa melanjutkan langkah ke babak
selanjutnya. Sebaliknya, ada kontestan yang diyakini bisa meneruskan
perjuangan, malah harus berhenti berkompetisi.
Ketika
kenyataan tidak sesuai harapan, pasti ada sedih, airmata dan kehilangan.
Begitulah. Beberapa peserta yang menginginkan temannya yang gagal tadi terus
membersamai selama berkompetisi, tetapi pada kenyataannya harus menerima kegagalan,
merasakan kekecewaan dan kehilangan teramat sangat. Namun keputusan sudah
dibuat dan harus dijalankan.
Pada
sesi penutupan, chef Juna dan juri lain menyampaikan, agar semua kontestan
tidak menggantungkan nasib pada juri, sebab ini adalah sebuah kompetisi. Semua
harus bisa menjadi pemenang pada setiap tantangan yang diberikan.
Serangkaian
kata yang menjadi diriku sejenak bermuhasabah,
mengintrospeksi diri sendiri. Sudahkah aku menjadi pemenang dari tantangan demi
tantangan yang kuhadapi dalam hidup ini? Atau aku lebih sering berkeluh kesah
dan mudah menyerah begitu saja?
Bisa
jadi tidak hanya aku, mungkin juga Anda. Merasa menjadi manusia paling malang
di dunia ini, ketika menghadapi suatu permasalahan, padahal diri sebenarnya
tahu, bahwa hidup memang harus berhadapan dengan serangkaian permasalahan, baik
kecil maupun besar, mudah diatasi maupun sulit, dan sebagainya.
Hidup
ini sebuah kompetisi. Sudahkah kita siap menghadapi dan menjadi pemenang dari
setiap tantangan hidup? Diri sendirilah yang bisa menjawabnya.
4 Comments
Harus banyak persiapan untuk menghadapi tantangan hidup ya mba? Harus banyak belajar nih, biar ga gagap.
ReplyDeleteHidup itu memang harus mau belajar. Bukankah begitu, mbak Ciani? ^^
DeleteTerkadang kita sudah merasa kalah sebelum berusaha. Karena takut untuk menghadapi tantangan...😊😊
ReplyDeleteItu artinya tidak percaya pada kemampuan diri sendiri ya, mbak Elin ^^
DeleteTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^