JANGAN LAMA-LAMA
Well…
semoga tidak ada yang berpikiran macam-macam deh dengan judul di atas ^^
Saya
memang sengaja menulis judul tersebut, tidak lain sebagai pengingat diri,
terutama dalam hal menulis, agar tidak berlama-lama menikmati kenyamanan untuk
tidak menuang kata, terutama di blog kesayangan ini.
Sebelum
membuat postingan kali ini, seringkali keraguan menghinggap, apakah yang akan
saya tulis, apakah saya boleh mencurahkan isi hati, apakah nantinya tidak ada
yang akan membaca, apakah … dan apakah lain yang membuat urung untuk mengisi
blog dengan postingan-postingan.
Alhasil,
beberapa bulan terakhir ini, saya hanya sedikiittt sekali membuat postingan.
Bahkan nyaris tidak menulis di blog. Bulan kemarin saja, hanya 2 postingan!
Astaga!
Padahal,
saya ingin tetap produktif menulis, meski dalam kondisi apapun, sesulit apapun,
selama masih ada kemampuan untuk itu.
Tapi
ternyata, saya belum bisa benar-benar konsisten menulis! Terlalu lama merasa
nyaman untuk tidak menulis, meskipun hati kecil ingin sekali melakukan.
Ada
beberapa hal yang membuat keinginan tersebut tidak segera saya realisasikan
dalam sebuah tulisan, antara lain :
1. Masa pemulihan
Saya
memang mengalami gangguan kesehatan sejak bulan Oktober tahun kemarin. Bahkan
pada bulan November, nyaris satu bulan harus berada di rumah sakit dan bedrest total. Pada bulan Desember,
dalam masa pemulihan, harus benar-benar lebih memperhatikan kesehatan dan semua
itu menyebabkan saya berada dalam keterbatasan aktivitas, termasuk juga menulis.
Akibatnya, nyaris tidak membuat postingan, baik di blog maupun di media lain,
bahkan catatan-catatan kecil sekalipun. Ada rasa sedih sebenarnya, meskipun
keinginan itu tetap ada.
2. Kurang ada dukungan
Well… hal ini terutama
datang dari suami saya, ya. Saat kondisi saya mulai pulih, dan beliau melihat saya
berada di depan laptop, sekaligus meminta izin bahwa saya ingin menulis (lagi),
sontak respon yang kurang menyenangkan disampaikan.
Suami
ingin saya lebih konsentrasi pada pemulihan kesehatan dan tidak boleh terlalu
lelah. Meskipun beliau tahu, bahwa menulis memang sudah menjadi bagian dari
hidup saya, tetapi saat mengingat kondisi kesehatan yang nge-drop, rasa kasihan dan tidak tega
menjadi alasan. Tentu saja sekaligus bentuk sayang, ya. Ehem.
Tapi
… saat saya menulis kali ini, kebetulan suami sedang berada diluar kota, jadi
bisa merasakan sedikit kebebasan untuk menulis, hehe.
3. Merasa takut
Ya.
Saya merasa takut untuk memulai menulis. Ketakutan tidak beralasan sebenarnya.
Juga keraguan. Takut tulisan tidak ada yang membaca, takut merusak image blog dan sebagainya. Takut juga
dianggap kurang pantas untuk menulis curhat disini. Lha, padahal blog ini kan blog personal
and lifestyle. Tentu saya bebas menulis tentang apa saja, bukan?
4. Berada dalam zona nyaman
Kelamaan
tidak menulis membuat saya merasa baik-baik saja, bahkan nyaman. Wah … ini kan
tidak boleh berlarut terjadi (seharusnya). Bahkan lebih sering berlama melihat
akun media sosial, misalnya melihat postingan-postingan di instagram, membuat like and
comment, juga kadang blogwalking.
Itu saja.
Ketika
merasa punya ide untuk menulis, tapi tidak segera dieksekusi, bahkan kembali
melihat akun media sosial, buyarlah semua. Sebuah kesia-siaan telah terjadi
pada diri saya. Tentu bukan hal yang baik, bukan? Mengingat (dulu) saat masih
aktif menulis, seringkali menggaungkan kalimat seperti : “Tetaplah menulis dan berbagi kebaikan pada siapapun”. Nyatanya,
hal ini berat juga bila dialami sendiri.
Akibat
terlalu lama berada di zona nyaman, beberapa tawaran menulis, bahkan dari
penerbit yang menginginkan naskah, tidak bisa saya penuhi. Ada penyesalan,
jelas! Hingga saat ini hal tersebut masih terasa. Tapi semua sudah terlanjur
terjadi dan waktu tidak bisa kembali. Hiks.
Sedih!
5. Kesibukan (pekerjaan)
Alasan
klise, ya? Mau melakukan pembelaan juga (mungkin) percuma. Banyak orang yang
mempunyai aktivitas luar biasa, tetapi masih menyempatkan diri untuk menulis.
Sedangkan saya?
Well… Bekerja atau
mempunyai aktivitas selain sebagai ibu rumah tangga juga dialami orang lain.
Tapi tidak menyurutkan niat untuk tetap menggores pena, menuang kata dan
berbagi manfaat.
Ah
… sepertinya saya memang harus (lebih) banyak belajar dari orang lain.
Begitulah.
Akhirnya selesai juga curhatan kali ini. Semoga menjadi awal agar saya tidak
(lagi) malas menulis.
2 Comments
bener kata suami... fokuskan pada proses pemulihan dulu, toh tidak sedang dikejar DL... semoga selalu sehat dan berbahagia yaaa...
ReplyDeleteAamiin. Terima kasih supportnya mas Win ^^
DeleteTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^