Akhir-akhir ini saya jarang sekali membuat sebuah tulisan untuk di posting di blog pribadi. Rasa bersalah selalu menghinggap. Teringat akan suatu hal yang seringkali tersampaikan pada teman-teman agar rajin untuk menulis. Tetapi pada kenyataannya, justru saya yang jadi jarang menulis. Sungguh menyedihkan.
Begitulah. Terkadang kita eh saya memang menjadi
seseorang yang begitu mudahnya memberikan semacam peringatan, selfreminder pada orang lain, tetapi
diri sendiri tidak mau bercermin, apakah yang telah disampaikan benar-benar
sudah diterapkan pada diri sendiri apa belum.
Hal-hal semacam ini seringkali terjadi. Begitu mudahnya
menyampaikan sesuatu agar orang lain bisa menerima saran, tetapi justru tidak
mau melakukan hal tersebut.
Sebagai salah satu
contoh adalah tentang sikap untuk menjaga kekonsistenan dalam menulis
seperti yang tersampaikan di awal tulisan ini.
Seringkali saya memberi semangat pada teman-teman agar
terus berusaha untuk tetap menulis dalam keadaan apapun. Meskipun hanya
beberapa kalimat, syukur-syukur tulisan tersebut cukup (pantas) untuk diposting
di media sosial yang dimiliki, bahkan di blog pribadi.
Bahkan tak cukup sekali memberikan dorongan agar kita
#eh saya tidak bingung untuk mencari ide menulis, karena banyak sekali ide
bertebaran disekitar, bahkan bisa dimulai dari hal-hal sederhana, juga berdasar
pengalaman pribadi.
Lantas, apakah hanya sesederhana itu dan menjadikan
menulis sebagai salah satu aktivitas yang muddah untuk dikerjakan?
Ternyata tidak semudah angan saat berusaha tetap
memberikan semangat pada diri sendiri. Bahkan sudah tidak lagi seperti beberapa
saat yang lalu, saat masih terpatri untuk membuat dan memposting satu tulisan
setiap hari di blog pribadi.
Ya, tidak semudah menyampaikan pada orang lain agar tetap
konsisten menulis.
Lagi-lagi alasan fisik yang lelah setelah seharian
beraktivitas diluar rumah, tak jarang ide yang melintas yang tidak bisa segera
dieksekusi, menjadi penghambat untuk menulis. Suatu sikap yang tidak patut
ditiru. Begitu mudahnya menyalahkan keadaan.
Padahal seharusnya saya lebih pandai lagi memanajemen,
baik tentang diri sendiri maupun hal-hal lain.
Hal yang pasti adalah karena hingga saat ini saya masih
belum pandai mengatur waktu antara kewajiban sebagai ibu, seorang istri, juga
aktivitas sebagai seorang perempuan yang berpenghasilan diluar rumah.
Ternyata memang lebih mudah memberikan kata-kata secara
lisan atau memengaruhi orang lain agar mengikuti keinginan kita, daripada
melakukan sendiri hal tersebut.
Teringat istilah Jawa yang berbunyi : “wani ujar ora iso nglakoni”, yang
diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia yaitu berani bicara tapi tidak bisa
menjalani. Dengan kata lain, kita cenderung lebih mudah bicara tapi tidak
berani menjalani apa yang disampaikan pada orang lain.
Sungguh. Dalam diri masih berharap, agar tidak hanya
mempunyai niat untuk tetap menulis tetapi tidak benar-benar melakukan.
Saya masih ingin menulis. Sampai kapanpun. Semoga bisa
konsisten. Aamiin.
12 Comments
Akhirnya pecah telur juga 😃
ReplyDeleteAkhirnya... Setelah sekian lama haha
DeleteDuh, ikut tutup muka aku.
ReplyDeleteKenapa, mbak Lisa? Hehe
DeleteAku itu mba Nova. Maksud hati pengen rutin ngeblog minimal 2 kali seminggu, eh minggu lalu cuma publish 1 tulisan. Alasannya karena capek hingga ngedrop apalagi kalau banyak keluar kota. Tapi niat konsisten tetap ada, hihi...
ReplyDeleteSemoga niatnya terealisasi ya mbak ^^
DeleteSemangat Mbaaaa...kamu pasti bisa...hehe he
ReplyDeleteAamiin.
DeleteBiar bisa sekeren mbak Denik :-D
Mank semangat it wajib kak..
ReplyDeleteSemangat dan aksi nyata ya mbak ^^
Deletememulai mudah, istiqmahnya susah hahaha
ReplyDeleteNah, itu juga jadi penghambat untuk terus bisa menulis. tetap semangat hehe
DeleteTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^