Aku Tidak Kuat




"Mbak ... aku sudah tidak kuat"


Begitu bunyi sebuah pesan di gawai saya. Dari seorang teman. Kening saya berkerut. Apa yang terjadi dengannya?

Obrolan kami melalui daring berlanjut. Teman saya bercerita, dia merasa tidak kuat lagi menanggung beban hidup. Banyaknya permasalahan yang dihadapi membuatnya nyaris putus asa dan menyerah. Ingin rasanya meninggalkan semua. Duh!


Entah apa yang menggerakkan teman saya, hingga dia menghubungi dan menceritakan masalahnya. Mungkin dia menganggap saya bisa 'menampung' keluh kesahnya. Atau barangkali dia memang sedang butuh 'tempat' untuk menumpahkan gundah.


Bukan menjadi suatu masalah buat saya. Justru bersyukur bahwa diri ini mendapat kepercayaan sebagai tempat berbagi rasa.


Diapun bercerita tentang rumah tangga yang telah dijalani bersama suami, selama hampir 3 dasawarsa. Bukan waktu yang pendek, memang. Namun selama rentang waktu tersebut, lebih dari setengahnya dijalani penuh derai airmata. Terkejut saya mengetahui hal ini.


Lanjut disampaikannya, bahwa suami yang sangat diharapkan sebagai imam keluarga, bisa membimbing menuju jannah, ternyata tidak seperti yang diharapkan.


Suaminya sering mengulangi perbuatan menjalin hubungan terlarang dengan perempuan lain, jarang menafkahi, sering bermain judi, sering berkata kasar dan sebagainya.


Baginya, indahnya masa pernikahan hanya dinikmati pada 10 tahun pertama. Selebihnya, derita seolah tiada henti mendera jiwa.


Apalagi beberapa tahun terakhir, suaminya menderita penyakit hingga membuat beberapa organ tubuh tidak berfungsi dengan baik. Sudah banyak biaya yang dikeluarkan untuk biaya pengobatan, sedangkan keuangan keluarga semakin menipis.


Pernah suatu hari, karena merasa tidak kuat, dia berteriak, menjerit histeris hingga seorang anaknya (dia dan suaminya dikaruniai 2 anak), yang kebetulan masih tinggal serumah, kebingungan dengan sikap ibunya.


Meskipun tidak turut mengalami, saya bisa memahami tindakan teman tersebut. Berteriak bisa menjadi salah satu cara meluapkan emosi, agar beban yang menghimpit bisa terasa berkurang. Walaupun tindakan tersebut belum tentu benar bagi orang lain.


Tidak banyak yang bisa saya sampaikan pada teman tersebut, selain berharap dia tetap sabar dan ikhlas menjalani segala cobaan dariNya. Saya yakin dia mampu melewati semua ini.


Semoga dia tetap dikuatkan dan selalu mempunyai keyakinan bahwa Allah tidak akan menguji hambaNya diluar kemampuan diri.



Post a Comment

0 Comments