Pernah
nggak sih, teman-teman dibohongi? Atau merasa dibohongi? Saya pernah. Mungkin juga sering. Tanpa tahu alasan si pembohong melakukannya pada saya. Tentu saja diri ini tidak tahu persis kenapa diperlakukan seperti itu. Bahkan bisa jadi baru menyadari setelah beberapa waktu berlalu, setelah menemukan bukti-bukti kebohongan tersebut. Tak jarang bukti kebohongan datang tanpa harus bersusah payah menemukan. Ini namanya kebetulan.
Tidak seorangpun manusia di dunia ini luput dari dosa. Tentu saja tak terkecuali saya. Melakukan suatu kebohongan tentu juga pernah saya lakukan. Pasti saat itu merasakan ada kekhilafan, tetapi mungkin juga ada alasan dengan terpaksa melakukan. Sesudahnya pasti ada penyesalan, tetapi ketika kondisi tidak memungkinkan untuk mencabut kebohongan tersebut, apalah daya. Berpikir bahwa suatu saat akan mengakui kebohongan sebagai suatu tindakan yang terpaksa dilakukan. Berharap ada maaf juga ampunan dari Yang Maha Kuasa.
Merasa dibohongi itu sangat menyakitkan memang. Mungkin tidak seberapa bila hanya sekali atau 2 kali kita menerima perlakukan seperti itu, tetapi bila angka kebohongan sudah lebih dari itu, rasanya kok jadi kurang mempunyai rasa percaya pada orang lain yang telah berbohong pada kita, ya. Lepas dari kebohongan itu dilakukan dengan sengaja ataupun tidak.
Jujur saja, saya termasuk tipe orang yang tidak suka dibohongi (pasti semua orang juga merasakan hal yang sama). Kebohongan, ketidakjujuran, merupakan sebuah pengkhianatan kepercayaan bagi saya. Bila seseorang yang saya percaya melakukan perbuatan yang tidak baik ini,
duh … saya jadi sakit hati. Sedih. Kecewa. Rasanya ingin menghindar saja bertemu dengan orang-orang yang telah berbuat bohong pada saya. Tidak ingin menjalin komunikasi dengan mereka untuk beberapa saat, atau dalam jangka waktu tidak tertentu, atau mungkin sama sekali putus komunikasi. Tentu saja hal ini saya lakukan, bila kebohongan tersebut sudah tidak bisa ditoleransi lagi.
Bagi saya, orang-orang yang pada awalnya melakukan atau mengucapkan sebuah kebohongan kecil dan itu dimaafkan begitu saja, maka ini adalah langkah awal untuk melakukan kebohongan-kebohongan berikutnya, bahkan dengan kadar yang jauh lebih besar. Tanpa disadari, kita telah membenarkan perbuatan yang salah.
Well … mungkin teman-teman berpikir, sebaiknya saya memaafkan saja kesalahan mereka yang telah berbuat bohong.
Toh, tidak ada manusia yang sempurna. Semua orang mempunyai kesalahan. Tentu saya memaafkan, meskipun memerlukan proses yang cukup panjang. Tapi tidak begitu saja melupakan perbuatan tersebut. Mengambil sikap lebih berhati-hati dan waspada, mungkin lebih penting.
Bagi saya, lebih baik menyampaikan kejujuran meskipun menyakitkan, daripada selalu ada kebohongan lagi, lagi dan lagi. Sebuah kepercayaan akan tumbuh bila kita bisa jujur satu sama lain. Bukankah begitu?
Postingan ini diikutsertakan dalam Program One day One Post yang diselenggarakan oleh Blogger Muslimah Indonesia.
#ODOPOKT4
27 Comments
Mau ikutan odopnya gimana ya caranya?
ReplyDeleteDaftar di blogger muslimah Indonesia, mbak. Tapi sepertinya sudah ditutup. Bisa menunggu periode berikutnya :)
DeleteMemang dibohongi itu menyakitkan... 😢
ReplyDeleteBetul mas Jee ... Sakitnya dibohongi itu bikin nyesek :(
DeleteBiarlah kita yang dibohongi, asal jangan membohongi
DeleteSemoga tidak terus dibohongi :(
DeleteSaya sering menemukan orang tua yang membohongi anaknya. Gara-gara si anak merengek minta sesuatu, akhirnya terjadilah kebohongan. Biasanya satu kebohongan akan berlanjut pada kebohongan berikutnya. So sad...
ReplyDeleteHarus mulai jujur pada anak ya mbak, sampaikan saja apa adanya. Ini sekaligus edukasi agar anak tahu bahwa tidak setiap keinginannya harus terpenuhi :)
DeleteBohong nggak nih? Hihi
ReplyDeleteJujur dari hati terdalam, mas :)
DeleteSekali dua kali berbohong, seterusnya orang susah memercayainya.. ^^
ReplyDeleteItu prinsipku, mbak. Sulit rasanya percaya pada orang yang tidak mau jujur setelah kita memberi kepercayaan :(
DeleteWuuuuiiihhh...paling sebel kalo orang dewasa bohongin anak kecil.
ReplyDeleteSemoga mbak Denik tidak termasuk golongan orang dewasa itu :)
DeleteSemoga mbak denik bukan termaduk golongan yang dewasa itu hehe
DeleteSemoga terhindar dari sifat ini.. Aamiin
ReplyDeleteAamiin :)
DeleteDuh, kesentil nih. Jangan2 selama ini saya terjerat ke dalam kebohongan. Semoga Allah mengampuni ;(
ReplyDeleteNggak bermaksud begitu, mbak Nia. Postingan ini curahan hatiku :(
DeleteDuh, kesentil nih. Jangan2 selama ini saya terjerat ke dalam kebohongan. Semoga Allah mengampuni ;(
ReplyDeleteNggak bermaksud begitu, mbak Nia. Postingan ini curahan hatiku ;(
DeleteWaaaah, sepertinya tema ODOP dari Blogger Muslimah ini seru-seru ya mbak.. Mau ikutan deh... ^^
ReplyDeleteTunggu periode berikutnya ya :)
Deletekao urusan sama orang tuh susah ya, beberapa dari mereka tidak menyadari akibat kebohongannya akan membuat dia kehilangan kepercayaan. mungkin kita bisa memaafkan, tapi untuk berurusan lagi dgn dia pasti mikir sepuluh kali
ReplyDeleteIyess. Kita tidak mau mengambil resiko kerja bareng orang suka bohong ya
ReplyDeletelebih baik sampaikan kejujuran meski pahit..ya Mbak :)
ReplyDeleteBetul mbak Dian. Lebih baik jujur meski menyakitkan, daripada pingin nyenengin tapi bohong :(
DeleteTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^