Sudah hampir 1 bulan ini, si kecil Rafa tidak lagi asik dengan gawai. Lho, anak umur 5 tahun sudah sering main gawai? Mungkin begitu yang ada di pikiran Anda semua. Iya. Hiks. Dan itu jelas murni kesalahan kami sebagai orangtua yang kurang mengontrol penggunaan gawai pada anak, meskipun hanya untuk mengoperasikan aplikasi permainan yang ada di telepon pintar tersebut.
Kembali tentang cerita Rafa yang alhamdulillah sangat berkurang dalam penggunaan gawai. Sebetulnya bukan kebetulan. Dibalik semua itu, ada drama yang melatarbelakangi. Jadi ceritanya begini. Hampir sebulan yang lalu, Rafa terserang demam dan panas. Sudah dibawa ke dokter, hampir rawat inap, tetapi kata pihak rumah sakit disuruh rawat jalan saja. Ternyata Rafa kena radang tenggorokan. Harus istirahat total di rumah. Alhasil, hampir 2 minggu dia tidak masuk sekolah. Hiks.
Meskipun tidak masuk sekolah, tapi saya usahakan untuk menyempatkan diri mengawasi Rafa (karena saya juga bekerja di luar rumah). Mengontrol dan memastikan dia meminum obat sesuai obat yang diberikan oleh dokter, dan mengawasi agar dia cukup istirahat, sehingga kondisinya cepat pulih kembali, agar dia bisa masuk sekolah lagi.
Terlebih penting adalah, selama dia di rumah, pengawasan ekstra harus diberikan agar dia tidak berlebihan dalam menggunakan gawai. Saya pikir-pikir, Rafa sepertinya juga terlalu lelah, terutama penglihatannya, karena seringnya menatap layar telepon pintar. Terkadang saat saya sudah terlelap, dia masih juga asik dengan gawai *ibu macam apa saiyah ini? Hrrgghh.
Sayapun berinisiatif untuk memberikan semacam pengertian padanya dengan melakukan beberapa langkah :
1. Batasi penggunaan gawai
Pelan-pelan saya sampaikan pada Rafa, bahwa salah satu penyebab sakitnya adalah karena kelelahan, termasuk mata yang lelah karena terlalu lama memandangi layar gawai. Oleh sebab itu, Rafa harus membatasi penggunaannya. Momen yang saya ambil saat melakukan hal ini, yaitu saat kami berdua, sambil saya mengelus kepalanya dengan intonasi suara selembut mungkin. Karena seringnya atau dia bosan *hahaha, Rafa bisa mengerti (mungkin juga membenarkan), akibat seringnya bermain gawai, matanya menjadi lelah, tubuhnyapun ikut lelah.
2. Beri pengertian tentang penglihatan
Saya memberikan contoh nyata pada Rafa akibat mata yang terlalu lelah karena sering bermain gawai. Ada salah satu anak tetangga di umur yang masih dini sudah menggunakan kacamata dengan minus di angka 7! Bila tidak menggunakan kacamata, maka penglihatan menjadi tidak jelas. Rafapun manggut-manggut mengerti dan berjanji tidak sering-sering menggunakan gawai. Bahkan dia sering bilang, tidak ingin memakai kacamata sejak kecil.
3. Berikan mainan yang merangsang gerak dan motoriknya
Saya keluarkan lagi mainan-mainan Rafa yang sudah masuk gudang, misalnya lego, kereta api, mobil-mobilan dan sebagainya. Tidak semuanya memang, yang penting dia bisa menikmati permainan tersebut, sekaligus mengalihkan perhatiannya agar tidak bermain gawai.
4. Orangtua harus memberi contoh
Anak itu meniru kebiasaan orangtuanya. Bila tidak ingin anak kecanduan main gawai, ya sebagai orangtua harus memberi contoh, dong. Sayapun sangat membatasi penggunaan gawai. Apalagi saya seorang ibu yang bekerja di luar rumah. Waktu dengan anak juga terbatas. Masa’ sudah jarang ketemu, di rumah juga menghabiskan waktu dengan browsing dan chatting? Waktu buat anak, kapan dong? Itu kalau saya, lho.
5. Batasi dan dampingi anak saat menonton televisi
Anak akan senang kok bila kita mau menyempatkan waktu untuk menemaninya melihat film kartun kegemarannya. Meskipun bosan karena yang ditayangkan itu-itu saja, saya berusaha menikmati tontonan kegemaran Rafa, baik itu serial Upin dan Ipin, Shaun The Sheep atau Tukang Ojek Pengkolan (ini sih, sinetron kegemaran Bunda, hehe).
6. Biasakan tidur malam lebih awal
Kebiasaan ini baik untuk dilakukan, agar semua anggota keluarga mempunyai waktu istirahat yang cukup, agar esok hari bisa bangun dalam kondisi yang lebih segar. Waktu tidur yang cukup merupakan salah satu langkah agar kesehatan ikut terjaga.
7. Biasakan bangun tidur lebih pagi
Sejak mengurangi penggunaan gawai, tidur malam yang cukup, Rafa pun bisa terbiasa bangun lebih pagi, dan terutama bisa mengurangi drama pagi hari sebelum dia berangkat sekolah. Suasana pagi hari yang kondusif tentu akan membuat kita lebih bersemangat menyambut hari, bukan?
Berkurangnya penggunaan gawai pada anak sangat berpengaruh pada kondisi fisik dan psikis pada anak. Bila anak kita sehat, maka kita juga bahagia, bukan? Akan ada masa bahwa anak perlu menggunakan gawai, tetapi harus tetap dalam pengawasan orangtua. Yuk, kita siapkan generasi sehat dan cerdas mulai dari sekarang.
Semoga bermanfaat.
19 Comments
Waah...
ReplyDeleteTips yang sangat berguna,
Anakku juga sudah keranjingan nonton YouTube di ponsel pintar nih.
:(
Alihkan perhatiannya, Mas Fery. Semoga si kecil tidak tergantung pada gawai, ya.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMantau ulasannya...semoga bisa saya terapkan nanti..
ReplyDeleteSemoga bermanfaat ya :)
DeletePonakanku juga dulu kecanduan Bun, sekarang kalau di rumah, ibunya nyembunyiin hapenya, haha
ReplyDeleteSemoga tidak ketergantungan ya Net. Kasihan si kecil nantinya
Deleteponakan saya yang umur 3 tahun juga sudah kenal gawai, mbak. kayaknya sekarang memang susah untuk tidak mengenalkan anak pada gawai. tinggal tugas orang tuanya yang mengontrol pemakaian gawai pada anaknya. semoga aja saya nanti bisa begitu
ReplyDeleteOrangtua memang harus tetap melakukan pengawasan. Akibat penggunaan gawai yang berlebihan sungguh ironis. Yuk, sayangi anak-anak kita dengan bijak dalam penggunaan gawai :)
DeleteGawai itu hape yak bun?
ReplyDeleteSamaaa deade iput buset dah. Tapi mereka dengerin murotal atau dzikir gitu, alhamdulillah. Wkwk
Gawai itu gadget, Dek. Murottal juga bagus untuk dibiasakan didengarkan, tidak hanya untuk anak-anak, yang dewasapun juga seharusnya membiasakan :)
DeleteIni juga yang sedang saya terapkan ke anak saya, Alif. Jadi kalau malam, saya dan istri sepakat tidak memegang HP sampai Alif tidur.. Alhamdulillah sih, Alif pun jadi nggak pegang HP, lebih asik main bersama kami... Membaca buku, atau hanya sekedar duduk di teras memandangi langit bersama...
ReplyDeleteMemang harus ada komitmen kedua orangtua untuk memberi contoh pada anak, Bang.
DeleteMengualitaskan waktu bersama keluarga tentu jauh lenih penting :)
Wahh... Anak saya sudah ketergantungan nih Mbak. Tapi saya dan suami sudah berkomitmen untuk mengurangi sampai kalau bisa meniadakan penggunaan hp ke anak. Doakan ya mbak..
ReplyDeleteTetap semangat ya mbak Sabrina. Yuk kita bebaskan anak-anak kita dari ketergantungan gawai
DeleteKalau saya tetap mainan gawai iya, mainan lainnya iya. jadi seimbang yang dimainkkannya
ReplyDeleteTipsnya boleh juga. Kecuali bila anak menunjukkan gejala ketergantungan pada gawai, tetap harus ada langkah mengantisipasi :)
DeleteFadel sudah dibatasi main gadget hanya Sabtu Minggu. Eh kecolongan krn ayahnya kasih games belajar bahasa inggris di hari lain. Jadinya keterusan. Tp kemarin karena Fadel melakukan kesalahan, jadinya dihukum stop gadget. Mudah2an jadi berkurang penggunaan gadgetnya. Makasih tipsnya Mba Nova ��
ReplyDeleteSemoga Fadel berkurang main gawai ya mbak Ndy :)
DeleteTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^