Ceritanya, sudah 2 hari ini, Rafa minta dipotong rambutnya. Mungkin sudah risih (terganggu) karena rambut di bagian telinga mulai panjang, atau karena beberapa kali dapat teguran dari guru di sekolah untuk segera memotong rambut. Lantas, sehabis taraweh, kamipun berangkat ke tukang cukur. Itupun setelah benar-benar memastikan keinginan Rafa untuk potong rambut.
Bukan saya tidak ingin segera memenuhi keinginannya, tapi memastikan dulu, benar-benar ingin potong rambut atau tidak. Teringat kejadian
flashback beberapa tahun lalu, sekitar 2 atau 3 tahun lalu saat ritual potong rambut.
Saat itu, Rafa usia 3 hingga 4 tahun. Ketika terlihat rambutnya mulai memanjang, baik yang mulai menutupi kening, menutupi ujung telinga, ataupun kelihatan gondrong di bagian belakang, saya dan suami berusaha untuk memotong rambutnya. Awalnya sih berniat membawa ke tukang cukur rambut. Itupun dengan iming-iming diajak jalan-jalan plus beli es krim kesukaannya. Tentu dia bersemangat. Sepanjang jalan menuju tukang cukur, mulutnya tak henti bersenandung. Sayapun senang. Membayangkan dia akan duduk tenang dan menikmati momen cukur rambut.
Namun, dugaan saya salah besar. Sesampainya kami di tukang cukur, awalnya Rafa memang tenang. Tetapi, saat si tukang cukur mulai mengeluarkan 'mesin' cukur, mulai deh Rafa mengeluarkan jurus rewel dan mogok. Dia berontak saat 'mesin' itu menyentuh rambutnya. Entahlah apa yang dirasakan. Mungkin geli campur takut, atau rasa yang lain. Yang jelas, momen saat itu tidak seperti yang saya bayangkan. Berantakan, jelas. Akhirnya, baru satu kali proses potong rambut terjadi, terpaksa harus diakhiri karena Rafa ngambek dan tantrum. Alhasil, saya gendong dia dalam boncengan motor dengan ayahnya, dan minta maaf banget pada si tukang cukur atas kejadian tidak mengenakkan itu. Mana gratis, lagi. Ya iyalah gratis, wong cuma sekali gunting saja rambutnya terpotong.
Akhirnya kami pulang ke rumah. Saya dan suami jadi bete. Rafa sih nyantai aja. Nyampai rumah juga langsung mengambil mainannya dan asik sendiri. Kamipun berniat menuntaskan ritual potong rambut Rafa dengan menunggu saat dia tidur.
Kejadian ritual potong rambut yang tidak tuntas di tukang cukur rambut dan harus diselesaikan oleh kami di rumah (dengan suami sebagai eksekutor, hehe) berlangsung beberapa kali. Hingga suatu saat, Rafa sendirilah yang mempunyai inisiatif untuk potong rambut.
Tentu saya dan suami menyambut antusias keinginan Rafa. Lantas memberinya beberapa kebebasan (soal potong rambut).
Pertama, bebas memilih tukang cukur.
Ya, kami bebaskan dia memilih tukang cukur yang dia inginkan. Tapi sebetulnya cuma ada 2 tukang cukur langganan sih, hehe. Inipun karena suami sering potong rambut didua tempat ini.
Kedua, bebas memilih model.
Aih, anak kecil tahu apa soal model rambut. Begitu mungkin pikir Anda. Tapi, saya dan suami memang membebaskan Rafa memilih kok. Namun tak jarang dia salah pilih model. Pernah sih, waktu itu, dia ingin dipotong nyaris gundul. Terserah dia, memang. Tapi hasilnya memang aneh. Apalagi saat berkunjung ke rumah mertua, kami dapat 'semprot' gara-gara membiarkan Rafa dengan kepala plontosnya. Hahaha.
Akibat kejadian itu, kamipun berusaha memberi pengertian pada Rafa untuk tidak 'gundul' lagi bila ingin potong rambut.
Satu hal yang selalu ingin dilakukannya saat di tukang cukur rambut, yaitu minta difoto. Mungkin maksudnya dia ingin melihat
before and after penampilannya. Ada-ada saja deh. Oiya, ternyata ongkosnya nggak mahal lho. Cukup 5 ribu rupiah, sudah bisa membuat Rafa senang dengan rambut barunya.
Intinya adalah, sebagai orangtua, kita harus bisa menyikapi dengan bijak setiap keinginan anak. Kita juga tidak bisa memaksakan kehendak. Berikan kebebasan bagi anak untuk memilih, asal tetap pada koridor yang seharusnya.
Demikian.
Nova DW
Nganjuk, 02062017
#SelfReminder
#Parenting
20 Comments
Lucu deh dek Rafa.
ReplyDeleteAda loh mba anak tetangga itu yang sampai kena gunting telinganya, sampai dibawa ke RS. Gara-garanya rewel dan tukang cukurnya kewalahan. Ngeri ya. Mending kalau sudah rewel, pulang saja ya.
Waduh, sampe segitunya. Ya kalo anak udah rewel, mending pulang aja deh. Dipotong sendiri aja, meski hasilnya kurang rapi
DeleteWah rafa pinteeer. anakku tara sampe skrg susah diminta potong rambut, Dia sayang sama rambut kriwelnya, hahahaha mungkin harus dikasih Yupi dulu kali yaah
ReplyDeleteAku juga mau yupi dong hahaha
Deletebanyak sekali anak yang susah untuk di ajak cukur rambut
ReplyDeleteIya nih. Mungkin mereka udah takut duluan ya, lihat gunting atau alat yang buat cukur rambut
DeleteWah, hebat minta potong. Walopun gak sampe beres, ya. Anakku yang ketiga dan keempat, susah banget mau potong rambut. Sampe sekarang deh gondrong. :D
ReplyDeleteRafa juga sempat gondrong, mbak Nia. Terus ditegur gurunya, eh akhirnya minta potong deh hehe
DeleteKetika anak saya masih kecil, ayahnya yang selalu motong rambut. Udah rada gedean baru ke salon. Dan biasanya juga dibebasin milih model rambut apapun
ReplyDeleteKalo suamiku memang lebih sering yang motong rambutnya Rafa waktu Rafa masih kecil. Tapi hasilnya nggak berbentuk. Pernah malah jadinya kayak mangkok. Hahaha
DeleteMarwah jarang banget potong rambut haha, rambutnya biar panjang aja kalau potong rambut juga sama saya aja di rumah haha, potong poni palingan
ReplyDeletePaling cepet panjang memang poni ya mbak Tian. Rambut Rafa cepet panjang sih, kalo nggak dicukur trus gimana lho, hehe
DeletePinternya gak rewel klo pas cukur
ReplyDeleteBaru setahun ini Rafa nggak rewel, mbak kalau pas potong rambut :)
DeleteKeren rambutnya, Rafa cakep pinter pula. Btw, murah amat mba ongkos potong rambutnya, di sini mahal amat.
ReplyDeleteKalau potong di tukang potong rambut yang di kampung memang relatif murah, mbak Haeriah :)
Deletesenyumnya kelihatan happy :)
ReplyDeleteIyaa ... Hepi banget. Karena keinginan segera potong rambut telah terpenuhi dan momen itu berlangsung lancar tanpa drama hehe
DeleteHihii anak2 kayaknya sebagian takut cukur rambut
ReplyDeleteAnak saya jg umur 2 tahun kalo sudah lihat mesin cukur dah pasti nangis n marah
Semoga nanti agak gedean ga takut lagi
Salam kenal abang rafa
Iya. Kalo udah gede biasanya nggak rewel lagi. Salam kenal juga ��
DeleteTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^