![]() |
sumber foto : dok. pribadi |
Assalamu’alaikum.
Salah
satu momen yang terjadi dan identik selama bulan Ramadhan adalah ngabuburit. Istilah ini sebenarnya
berasal dari bahasa Sunda, yaitu burit
yang artiya waktu menjelang sore hari. Jadi ngabuburit adalah kegiatan yang dilakukan saat menunggu atau
menghabiskan waktu di sore hari, hingga azan maghrib atau saat berbuka puasa
tiba.
Beberapa
kegiatan yang dilakukan saat ngabuburit
tiba, antara lain dengan jalan-jalan, mampir ke tempat keramaian, membaca buku,
mengaji, bahkan ada yang menghabiskan waktu bersama keluarga di dekat rel
kereta api, menunggu kereta yang akan lewat. Tidak mengherankan bila saat-saat
menjelang magrib, jalanan selalu ramai dengan orang-orang yang hendak ngabuburit.
Fenomena
ini juga terjadi daerah saya, yaitu Kabupaten Nganjuk. Meskipun kota kecil,
kalau waktunya ngabuburit di bulan
puasa kayak gini, wuih … ramai banget deh.
Yaa … kapan lagi Nganjuk terasa padat. Beragam kendaraan, mulai roda 2, roda 3,
roda 4, atau tidak beroda *eh, beragam penjual makanan, minuman, baju-baju dan
sebagainya, tua, muda, anak-anak, laki-laki maupun perempuan, semua tumplek blek. Terutama di ruas jalan
menuju Alun-alun Nganjuk.
Seperti
sore itu, saya merengek pada suami ingin jalan-jalan sebentar melihat
keramaian. Aneh ya? Keramaian kok ditonton. Ya, kali ini biarkan saya menjadi
aneh. Kapan lagi bisa menikmati kepadatan di Nganjuk, bila tidak saat
peristiwa-peristiwa tertentu, seperti Ramadhan kali ini. Biar dibilang kekinian dan
bisa merasakan sensasi ngabuburit,
maka cuzz … berangkatlah saya, suami
dan anak kami, Rafa. Let’s go, babe!
And the story goes on …
Masyarakat
kita cenderung memaknai ngabuburit
dengan cara menghabiskan waktu dengan jalan-jalan, baik sendiri, berdua dengan
orang yang spesial atau berombongan ke tempat keramaian. Tentu di tempat ini
akan didapati para penjual takjil untuk berbuka puasa dan penjual lainnya,
mulai dari penjual jilbab, baju-baju dan sebagainya. Tak jarang dengan melihat
banyaknya beragam kuliner atau segala macam pernik Ramadhan, membuat keinginan
untuk membeli menjadi tinggi. Padahal belum tentu keinginan tersebut sesuai
dengan yang kita butuhkan.
Secara
tidak langsung, ada sebuah kesia-siaan bila memaknai ngabuburit di bulan Ramadhan dengan cara seperti itu. Bahkan tanpa
terasa telah melakukan dosa di bulan suci. Pergi berduaan dengan orang (yang)
dianggap spesial, lantas bercanda dan bergandengan tangan, hingga menimbulkan
hasrat yang tidak pada tempatnya, tentu hal ini hanya akan mengotori iman.
Tidak
bisa mengendalikan hawa nafsu dengan menuruti keinginan untuk membeli beragam
kuliner, dengan alasan untuk berbuka puasa, padahal yang dibeli sudah lebih
dari cukup untuk dikonsumsi, tentu saja hal ini juga tidak dibenarkan. Apalagi
sampai lupa untuk bersedekah dan berbagi dengan sesama.
Islam
tidak pernah mengajarkan menunggu berbuka puasa dengan bersenang-senang,
berduaan, jalan-jalan dan menyia-nyiakan waktu. Masih banyak kegiatan positif
dan bermanfaat, yang dapat mendatangkan pahala yang bisa dilakukan untuk
menunggu berbuka puasa.
Alangkah
baiknya bila waktu yang digunakan untuk menunggu berbuka puasa, dimanfaatkan
dengan membaca buku-buku yang bermanfaat, berzikir, mendengarkan ceramah agama,
membaca Alquran, dan bersedekah dengan berbagi makanan untuk buka puasa kepada
tetangga, kerabat dekat atau pada siapa siapa.
Bagaimana
dengan acara ngabuburit kami? Tidak
seperti yang saya bayangkan, memang. Situasi terlalu padat dan tidak
memungkinkan untuk meneruskan menuju alun-alun. Meskipun hanya berjarak
beberapa puluh meter dari tempat kami berhenti, akhirnya diputuskan putar balik
dan kembali ke rumah. Bila nekad, maka terpaksa buka puasa dalam perjalanan
karena terjebak macet. Apakah saya kecewa? Sedikit sih. Tapi kami bersepakat
untuk buka puasa di rumah saja.
Benak
saya berpikir. Boleh saja ngabuburit,
asalkan dimaknai dengan banyak melakukan kegiatan positif, tidak bertentangan
dengan agama dan untuk menambah pahala. Jangan sampai kita menyesal telah
melewatkan bulan suci ini dengan melakukan kesia-siaan. Semoga Ramadhan ini dan
seterusnya, menjadikan kita insan yang lebih baik lagi. Aamiin.
Wassalamu’alaikum.
Nova DW
Nganjuk, 10 Juni
2017
#PengingatDiri
#PernikRamadhan
29 Comments
Saya biasanya ngabuburit sambil masak, atau baca buku dan jalan2 muterin kompel, biar sambil olah raga.
ReplyDeleteKeren dong. Jadi tambah sehat juga ya, mbak Lis :)
DeleteTulisan mbak nova selalu penuh Mb...bermanfaat
ReplyDeleteAlhamdulillah bila bisa bermanfaat. Terimakasih apresiasinya, mbak Wid :)
DeleteTulisan mbak nova selalu penuh Mb...bermanfaat
ReplyDeleteAlhamdulillah bila bisa bermanfaat. Terimakasih apresiasinya, mbak Wid :)
DeleteKalau aku ngabuburit di jalan karena nyari makan. Kalau lagi nggak masak, hihi.. Tapi jika tidak ada tujuan jelas, sepertinya cuma sia-sia ya.
ReplyDeleteSeperti aku ya, mbak Nurrochma. Ngabuburit kok cuma pingin lihat kemacetan. Yah, maklum, tinggal di kota kecil dan nyaris tidak kena macet, sekalinya ada kemacetan malah jadi tontonan hahaha
DeleteAku ngabuburit nya ngapain ya kak?? Tingtung... Masak nih kalau lagi di rumah.... Tulisan sejenis ini dikatakan apa kak?
ReplyDeleteTulisan gado-gado, mbak Aaraa hehe. Aku sih nulis ya nulis ajalah :)
DeleteAku juga suka ngabuburit nyari yang seru-seru.. Hehehe
ReplyDeleteKereeen ... Yang seru-serunya mbak Denik yang bagaimana ya? Ntar posting di blog ya mbak :D
DeleteSemoga postingan ini bermanfaat
ReplyDeleteNggak pernah ngabuburit 😂😂
ReplyDeleteHihi ... Ya nggak pa2, mas Ian. Mungkin mas Ian banyakin tilawah ya, atau baca buku buat nunggu waktu berbuka puasa
DeleteNgabuburit, menunggu waktu berbuka, selama kegiatannya positif ya bolehlah. Aku biasanya kalau di rumah ku gunakan untuk baca-baca buku. Kadang juga jalan-jalan keluar
ReplyDeleteYang penting memanfaatkan waktu menunggu buka puasa dengan kegiatan yang bermanfaat ya, mbak Yanti :D
DeleteAku ngabuburit kalau hari libur cuma di rumah saja mbak, menyiapkan menu berbuka puasa.
ReplyDeleteAlhamdulillah, mbak Titis masih dapat meluangkan waktu menyiapkan menu berbuka puasa untuk keluarga :)
DeleteNggak pernah ngabuburit.
ReplyDeleteNggak pa-pa lah mbak Rika, kan ngabuburit tidak wajib untuk dilakukan. Masih banyak hal yang dapat dilakukan kan? ��
DeleteIstilahnya anak muda, dulu juga suka kayak begitu sama temen-temen. Tapi sekarang ngabuburitnya ganti nang dapur, masak sama ngurus anak wakakak..
ReplyDeleteYang salah itu.. mereka cenderung keliatan pacaran ngabuburitnya (sama orang spesial tapi bukan mahrom), dan menurutku sekarang kayak gitu udah gak penting.
Aku juga ngabuburit seringnya di rumah, di dapur, nyiapin buat buka puasa. Tos dulu, mbak Khusnul ��
Deletengabuburit seringnya di rumah aja.. nyiapin buka puasa (yang dapet dari beli, heheee)
ReplyDeleteYang penting kan nyiapin buka puasa ya, mak Ofi. Beli atau masak sendiri, lain soal hahaha
Deletemakasih mbak nodi sudah diingatkan..
ReplyDeleteSama-sama mbak Eva :)
DeletePengingat diriku juga kok :)
kalau saya ngabuburit keliling cari bukaan bersama anak dan istri
ReplyDeleteSekaligus menikmati kebersamaan bersama keluarga, ya mas Ahmad :)
DeleteTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^