Kebahagiaan dalam Menulis







Lagi-lagi postingan kali ini terilhami dari sebuah japri di telepon pintar yang saya miliki. Jadi, suatu hari, ada seorang teman yang bertanya tentang tulisan di blog pribadi.
Teman       :   “Mbak, ini tulisan jenis apa?”
Saya        :    “Tulisan gado-gado. Saya nulis ya nulis saja. Bila ada yang terinspirasi dan merasakan manfaat dari tulisan tersebut, ya alhamdulillah.”
Teman       :   “Oh … begitu ya, mbak.”
Saya         :   *emoticon tersenyum.



Jadi begitulah. Menulis ya menulis saja. Tidak usah terlalu berpikir macam-macam tulisan harus begini, harus begitu. Terlalu banyak berpikir tentang tulisan, nanti malah tidak jadi menulis. Jalani saja keinginan itu. Seperti hidup. Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik. Tuhan pasti ‘kan menunjukkan, kebesaran dan kuasanya. Bagi hambaNya yang sabar, dan tak kenal putus asa *eh, kok malah nyanyi.

Menulis itu ya menulis
Seperti yang saya sampaikan tadi, menulis adalah menulis. Saat awal melakukan langkah tersebut, yang ditulis adalah kalimat yang ‘apa adanya’. Kenapa saya berpendapat seperti ini? Karena kalimat pertama kemungkinan hanya apa yang ada di pikiran kita, dan selanjutnya akan ada perbaikan-perbaikan di kalimat-kalimat berikutnya.
Ketika timbul ide untuk menuliskan sesuatu, langsung saja lakukan hal tersebut, tidak usah berpikiran macam-macam, sebab ide yang terlintas, bisa saja hilang bila tidak segera tertuang dalam bentuk sebuah kalimat.

Ingat rambu-rambu dalam menulis
Tentu saja tidak ada yang bisa melarang seorangpun ketika dia membuat sebuah tulisan. Namun seorang penulis yang baik tentu akan tetap memperhatikan rambu-rambu dalam menulis. Tulisan yang baik tentu tidak mengandung SARA, tidak mengandung unsur negatif, juga tidak melanggar norma agama.

Rasakan kebahagiaan dalam menulis
Menulis adalah salah satu cara untuk meraih kebahagiaan. Dengan menulis, maka kita akan merasakan sensasi kebebasan mengekspresikan diri. Kita mau menulis kala sedang resah, gembira, sedih, atau bahkan sedang galau, itu sah-sah saja. Namun sebaiknya diingat, tidak semua tulisan yang dibuat menjadi konsumsi publik.

Menulis itu bukan bakat, tapi ketrampilan
Sebuah tulisan yang baik, menginspirasi, dan bermanfaat tentu dari hasil latihan menulis yang terus berulang. Percaya deh, bahwa menulis itu bukan bakat, tapi sebuah ketrampilan yang diasah terus menerus. Anda bisa mencobanya. Anda sudah memutuskan untuk menulis. Lantas membuat tulisan setiap saat, bisa disimpan di komputer, diposting di media sosial, atau bahkan di buku catatan pribadi. Anda akan menyadari, bahwa semakin lama, tulisan semakin bagus dan berkualitas.
Tentu akan berbeda bila Anda jarang menulis. Misalnya, hanya membuat satu postingan di blog pribadi selama 1 atau 2 bulan bahkan lebih. Itupun hanya postingan yang tidak lebih dari 100 kata. Kecuali memang Anda sudah benar-benar menguasai ilmu menulis dan seorang penulis profesional. Saya tidak menjamin tulisan Anda semakin bagus tanpa berlatih terus-menerus.

Yakinkan diri bahwa akan ada pembaca setia dari tulisan Anda
Hal ini dimaksudkan agar semangat menulis terus tumbuh dalam diri. Dengan menulis terus-menerus, menyebarkan tulisan di berbagai akun media sosial atau mengirimkan ke berbagai even lomba menulis, juga ke media cetak, hal tersebut akan memunculkan rasa percaya diri dan keyakinan bahwa setiap tulisan akan ada pembacanya sendiri.
Tidak perlu ada rasa khawatir, tulisan tidak ada yang membaca, kecuali memang tulisan Anda memang tidak perlu dan tidak layak untuk dibaca.

Jadi, begitulah. Saya menulis, ya menulis saja. Bila tulisan ini dianggap ‘gado-gado’ atau curahan hati belaka, tak mengapa. Hal terpenting adalah, saya ingin terus menulis selama masih diberi kemampuan untuk itu. Bila ada hal yang bermanfaat bagi pembaca, tentu saya bersyukur sekali.




Nganjuk, 13 Juni 2017
Nova DW


#PengingatDiri
#Inspirasi







Post a Comment

8 Comments

  1. emang bnenar apa yg diutarakan diatas ... menulis ya menulis ,,, nggak perlu mngharapkan yg lain

    ReplyDelete
  2. Wah betul sekali Mb....ketika aku bahagia dalam menulis, sekolah jemari ini menari sendiri hingga akhir cerita

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, mbak Wid. Dan aku suka tulusan mbak Wid yang makin keren :)

      Delete
  3. Iya banget, menulis itu memang bukan bakat, tapi Keterampilan. Saya ngerasakan banget. Dulu saat sekolah, sampe SMA saya gak suka pelajaran Bahasa Indonesia dan nulis. Tapi pas kuliah dan lulus, saya tertantang untuk bisa nulis. Baru deh, dengan seiring waktu, Dan nulis terus menerus, menulis apa pun gak ada beban.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyes. Ternyata, hal yang semula tidak disukai bisa membawa kesenangan ya mbak Nia :)

      Delete
  4. Menulis memang menyenangkan. Kalau sudah passion di dalam menulis, kita telah memiliki passion yang tepat untuk meramu intelektualitas :)

    ReplyDelete
  5. Setuju. Dan berbahagialah orang-orang yang sudah menemukan passion dalam menulis :)

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^