Memiliki keinginan untuk menjadi penulis, tidak pernah terbersit dalam benakku. Meskipun mempunyai hobi menulis, hanya sekadar menulis di buku harian dan berisi curahan hati belaka.
Ketika era akun media sosial semakin marak, aku tak ingin ketinggalan. Meskipun, hanya sekadar
update status yang tidak begitu penting. Hingga suatu hari, seorang teman yang juga penulis, menyarankan agar aku lebih tekun menulis dan mencoba untuk mengirim karya. Dia melihat aku mempunyai bakat untuk menjadi seorang penulis. Disarankannya agar aku bergabung di beberapa komunitas menulis.
Aku mencoba mengikuti saran dari teman tersebut. Bergabung beberapa komunitas menulis. Awalnya hanya sebagai
silent reader, lalu mencoba memberanikan diri untuk berkomentar hingga berusaha mengirim karya dengan mengikuti beberapa even lomba menulis. Tulisan fiksi dalam bentuk cerpen dan puisi berulangkali kuikutkan, dan lebih sering tidak menjadi pemenang.
Namun aku berusaha tidak menyerah. Mencoba menyertakan cerpen dan puisi dalam bentuk antologi. Beragam kritikan pedas kuterima. Sebagai seseorang yang baru belajar nenulis, tentu hal ini menciutkan nyali.
Beruntung aku diberi kesempatan untuk tetap turut andil dalam antologi, dengan syarat bersedia nemperbaiki tulisan. Meskipun melewati serangkaian revisi, akhirnya tulisanku bisa diikutsertakan dalam antologi tersebut, dan terbit dalam bentuk buku. Tentu ada rasa bangga terselip di dada.
Kepuasan tak boleh membuat berhenti berkarya. Aku terus menulis untuk mengetahui gaya tulisan sekaligus berlatih untuk konsisten. Lambat laun kurasakan kenyamanan menulis untuk non fiksi. Seringkali tulisan-tulisan terunggah di blog pribadi.
Merasa selalu menjadi pemula, membuatku ingin terus memperbaiki tulisan. Kendala menulis yang sering terjadi, membuat semangat sering naik turun.
Padahal aku merasakan kebahagiaan dengan menulis. Berharap lewat tulisan, ada hal yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Kondisi berbagi dan bisa menginspirasi inilah yang menjadi salah satu cara kurasakan bahagia.
Aku harus terus menyemangati diri untuk terus menulis dan konsisten menjalani. Ada harap dan mimpi, kelak mempunyai buku solo dan terbit. Semoga ini bukan sekadar angan. Aku juga yakin, bahwa diantara sekian banyak tulisan, kelak akan menemukan takdirnya, yang aku tidak tahu, takdir itu dalam bentuk apa.
Akupun berharap, disisa usia, ada jejak-jejak aksara yang kutinggalkan, bisa menjadi kebaikan dan bermanfaat bagi orang lain.
*tulisan ini diikutkan untuk memenuhi tantangan dari salah satu anggota
#OneDayOnePost , yaitu mbak
Hiday Nur.
Nova DW
Nganjuk, 27 Mei 2017
6 Comments
Akupun berharap, disisa usia, ada jejak-jejak aksara yang kutinggalkan, bisa menjadi kebaikan dan bermanfaat bagi orang lain.
ReplyDeleteSama...impian yang sama
Aamiin ... Semoga segera terkabul ya mbak Wid :)
DeleteSaya ikut belajar ya mba^_^
ReplyDeleteIni blog saya: eryndy.blogspot.com
Belajar apa nih, mbak Nindyah? ^-^
DeleteInsyaaAllah saya bw ya
Ingin meninggalkan jejak aksara yang menjadi kebaikan dan bermanfaat bagi orang lain.
ReplyDeleteSemoga menjadi motivator kita semua..
Aamiin. Terimakasih apresiasinya, Pak. Semoga kita bisa menjadi insan yang bermanfaat :)
DeleteTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^