Angka
27 tahun mengingatkanku akan suatu peristiwa. Sebuah momen istimewa yang menjadi sejarah dalam hidupku. Ya, di saat
Allah masih memberikan kesempatan sebagai insan di dunia ini, ketika menjelang
usia 27 tahun, aku dipertemukan dengan seseorang yang kelak menjadi imam menuju
surgaNya.
Ketika
melewati usia seperempat abad dan aku masih belum menemukan seseorang, untuk
bisa diajak berjuang bersama menjalani kehidupan dalam bentuk sebuah rumah tangga,
jujur, aku sangat gelisah. Target yang tidak terlampaui membuat kekhawatiran
menghinggap. Rasa takut diam-diam hadir di hati. Kapankah pria saleh datang
meminang?
Aku
bukan tipe perempuan yang kurang bergaul. Ada beberapa pria datang mendekat. Namun
Allah memang belum menakdirkan bertemu pria yang tepat. Saat itu kami
sekeluarga harus lebih fokus pada kesehatan bapak, yang harus keluar masuk
rumah sakit karena sakit yang diderita. Waktu terus berjalan, meskipun gelisah
tetap terselip dalam jiwa, aku hanya bisa memendam semua rasa. Hingga tak
terasa, aku berada di tahun jelang usia 27.
Suatu
hari, seorang teman mengenalkanku dengan seorang pria. Saat berjabat tangan,
terasa telapak tangannya dingin sekali. Penampilannya sederhana. Kami berbincang
bersama. Ternyata temanku adalah salah satu teman akrab dari pria tersebut.
Tidak ada yang istimewa dari pertemuan tersebut bagiku. Sebuah perkenalan
biasa.
Sekitar
1 bulan sejak perkenalanku dengan pria itu, dia mengutarakan maksud untuk
berkunjung ke rumah. Tentu saja tidak ada rasa keberatan. Bukankah dia teman
baru yang ingin bersilaturahmi? Datanglah dia ke rumah berdua dengan temannya. Seperti
biasa, setiap ada teman pria yang datang, aku selalu memperkenalkan pada kedua
orangtua dan melibatkan dalam perbincangan kami. Saat itu teringat, justru
teman dari pria tersebut yang lebih banyak mendominasi pembicaraan. Pria itu
justru lebih banyak diam. Bicara hanya sekadarnya.
Ada
sesuatu yang kuingat setelah kepulangan pria itu dan temannya, bapak mengucap
sebuah kalimat, bahwa dia adalah jodohku. Padahal baru bertemu sekali, tapi ada
keyakinan dari bapak. Entahlah apa yang menjadi pertimbangan beliau. Akupun
merenung, mungkinkah feeling bapak
sekuat itu? Ini bukan perkara main-main.
Hingga
suatu hari, pria itu mengutarakan untuk ingin mengenal lebih dekat. Juga ingin
memperkenalkan dengan kedua orangtuanya. Ingin menjalin hubungan serius
denganku. Niat baiknya kusambut dengan tangan terbuka. Tentu semua atas izin dan
sepengetahuan orangtua. Aku bersama seorang teman datang berkunjung ke
rumahnya. Setelah pertemuan tersebut, tak berapa lama pria itu menyampaikan
ingin meminangku. Sungguh, suatu hal yang tidak disangka. Di era serba modern
ini, proses ta’aruf hingga niat untuk mengkhitbah dengan waktu relatif singkat kualami
sendiri. Tak lama kemudian, kurang lebih 3 bulan, akupun menerima pinangannya.
Bagiku dan keluarga, niat baik harus disambut dengan baik pula. Allah telah memudahkan
segalanya. Inilah jawaban dari kegelisahan selama ini. Selang beberapa saat
kemudian, kamipun menikah, beberapa hari menjelang usiaku yang ke-27 tahun.
Mengarungi
kehidupan rumah tangga tentu akan menghadapi lika-liku dengan beragam cerita.
Suka dan duka datang silih berganti. Setiap saat kami saling belajar menjalani
hidup berumahtangga yang baik. Harapan demi harapan yang terpatri demi
kebahagiaan bersama dan menggapai ridhoNya, selalu terpanjatkan. Begitu banyak
hal yang ingin kami raih. Tidak hanya dimulai dari angka 1 hingga 27. Namun
kami yakin, setiap harapan yang baik dan bertujuan untukNya, asal disertai
ikhitiar yang sungguh-sungguh dan doa senantiasa, Allah pasti mengabulkan. Aamiin.
Semoga
yang sedikit ini memberi manfaat.
*tulisan
ini diikutkan dalam tantangan yang diadakan oleh salah seorang teman ODOP yaitu
mbak Sabrina Anggraeni Lasama, dalam rangka memperingati ulang tahunnya ke-27
Nova
DW
Nganjuk,
17 Mei 2017
22 Comments
Barokalloh Mb nova
ReplyDeleteAamiin. Matur nuwun, mbak Wid ��
ReplyDeleteBarakallah bunda nova ... semoga langgeng sampai ke syurga ... Aamiin 😊
ReplyDeleteAamiin. Terimakasih dianya, mbak Fitri. Sekadar berbagi cerita saja, semoga bisa diambil manfaatnya ����
DeleteHhiii... Baper dah aku kli baca2 masalah jodoh gini... Hhaa
ReplyDeleteSemoga keluarga selalu dirahmari Allah mbak nova, aamiin.
Aamiin. Semoga bapernya membawa kebaikan ya mbak Ciani hehr
DeleteSamara selamanya ya, Mbak Nova ...
ReplyDeleteAamiin. Terimakasih doanya, mbak Ane :)
DeleteBarakallah mbak 😀😀
ReplyDeleteAamiin. Terimakasih doanya, mas Ian :)
DeleteBarakallahu mba :)
ReplyDeleteAamiin. Terimakasih doanya mbak Herva :)
DeleteDuh mbak, saya juga pernah sempat dilanda rasa kekhawatiran. Saya bisa merasakan apa yg mbak rasakan, hanya saja saya di usia 26 baru dikasih jodoh. Semoga langgeng ya mbak dan samawa selalu.
ReplyDeleteAllah memberikan jodoh di saat yang tepat dengan caraNya ya, mbak Elva :)
DeleteDuh mbak, saya juga pernah sempat dilanda rasa kekhawatiran. Saya bisa merasakan apa yg mbak rasakan, hanya saja saya di usia 26 baru dikasih jodoh. Semoga langgeng ya mbak dan samawa selalu.
ReplyDeleteAamiin. Terimakasih mbak Elva.
DeleteAllah memberikan jodoh yang tepat dengan caranya ya mbak :)
Wih, bahagia pasti ya mbk. Aku tu selalu gimana..gitu baca yg ginian
ReplyDeleteJadi baper ya, mbak Zefy? Hehe
DeleteWah....barakallah mbak...
ReplyDeleteTernyata ini kisah nyata ya.....hehehe
Semiga langgeng sampai di jannah. Amin....
Semoga langgeng ya mbak
ReplyDeleteMengamini doa-doa terbaik
ReplyDeleteMengamini doa-doa terbaik
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^