![]() |
sumber foto : pixabay |
“Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian
dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada
lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan, dan tidak ada lagi syafaat. Orang-orang
kafir itulah orang yang zalim.” (Al
Baqarah : 254)
.
Ada
sebuah kisah tentang seorang janda tua, yang kesehariannya hanya berdagang kue keliling
kampung dengan hasil tidak seberapa. Dia hidup sendirian, tanpa sanak keluarga. Dia tinggal di emperan rumah orang lain atas kebaikan sang tuan rumah. Suatu hari, dia mengundang beberapa orang
untuk selamatan di ‘rumahnya’.
.
Hari
itu, selepas salat Jumat, dia ingin mengadakan syukuran. Diundanglah beberapa
orang, termasuk seorang ustaz, yang datang tepat pada waktunya. Kemudian datang
pula ketua RT, imam masjid dan seorang marbot. Lantas disusul kehadiran tuan rumah,
yang selama beberapa tahun memberikan emperan
rumahnya untuk ditempati nenek tua itu.
.
Setelah
setengah jam berlalu, namun sepertinya tidak ada lagi undangan yang datang,
lantas sang ustaz menanyakan pada nenek itu, “ Masih ada yang ditunggu, Nek?”
Nenek itu menggeleng, “Tidak ada, Ustaz. Yang saya undang hanya 5 orang,
termasuk Ustaz. Maklum, tempatnya sempit.”
.
Sang
ustaz sangat tersentuh. Ustaz beranggapan bahwa ‘orang kecil’ seperti nenek ini masih
mau mengadakan syukuran kepada Allah dalam ketidakberdayaan, sementara banyak
orang yang mempunyai rumah besar dan mewah tidak pernah mengajak tetangganya untuk
selamatan di rumahnya. Ustaz bertanya maksud diadakan syukuran tersebut. Tahukah
jawaban sang nenek?
.
“Begini
ustaz, saya bersyukur kepada Allah karena sejak bulan depan saya bisa mengontrak
kamar ini, dengan harga sangat murah. Tadinya tuan rumah menolak, tidak mau menerima
uang saya. Tapi akhirnya tuan rumah tidak keberatan,
sehingga utang budi saya tidak terlalu berat.” Subhanallah.
.
Alangkah
mulianya hati nenek ini. Dia yang sebetulnya masih perlu disedekahi, tapi berusaha
untuk bersedekah, dan tidak mau membebani orang lain tanpa imbalan. Inilah manusia yang sesungguhnya. Manusia yang
memiliki rasa tanggungjawab pada hidupnya, harga diri dan kemuliaan. Meski kondisi
hidup dalam keadaan sulit, namun tetap berusaha merasakan nikmat dari hasil keringat
sendiri dan tak lupa untuk bersedekah.
.
Orang
yang mulia pasti tak mau jatuh dalam kehinaan. Tidak mau hidup meminta-minta dan
menjadi beban orang lain. Rasulullah bersabda
:
Nova DW
Nganjuk, 5 Mei 2017
#PengingatDiri
#KisahInspirasi
11 Comments
Semoga bisa seperti itu 😀
ReplyDeleteAamiin ...
Delete��
smg bs memuliakan...
ReplyDeleteAamiin... Terimakasih sudah mampir ��
DeleteAmin
ReplyDeleteAamiin
DeleteAmin
ReplyDeleteaaaamiiiin.....semoga kita semua yang baca artikel ini mendapatkan hidayah-Nya dan ngga masuk kedalam kehinaan...aaamiiin
ReplyDeleteAamiin :)
DeleteTerimakasih sudah mampir
Semoga kita menjadi bagian orang-orang dengan jiwa mulia. Aamiin
ReplyDeleteAamiin.
DeleteTerimakasih apresiasinya ��
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^