Tiada Beda





.
Tadi saat sholat zuhur di musala kantor, saya merasakan aura yang berbeda, meskipun sebenarnya kejadian tersebut sering dialami. Bukan hal yang luar biasa memang, namun hal tersebut baru kali ini sempat tertuang dalam tulisan.
.


Jadi ceritanya, saat mau salat - saya usahakan berjamaah, dengan siapapun, imam siapapun tak menjadi masalah, ada suatu hal yang menarik untuk dijadikan ide menulis. Pernah suatu hari, saya salat berjamaah dengan salah seorang cleaning service kantor. Dia yang menjadi imam, saya makmumnya. Hal yang menarik adalah karena hari ini saya jadi teringat kembali peristiwa tersebut. Hal yang hampir sama seolah terulang kembali. Imam salat zuhur kali ini seorang staf salah satu bagian di kantor, makmumnya selain staf juga ada pejabat yaitu kepala bagian, kepala sub bagian dan staf lain yang tidak satu bagian dengan saya. Bahkan tadi disamping saya adalah salah seorang pejabat yang mempunyai kedudukan cukup penting. Namun bukan hal tersebut yang menjadi perhatian.
.

Satu hal yang perlu menjadi renungan adalah bahwa saat kita menunaikan ibadah salat, siapapun imam dan makmumnya, kita ini tiada beda bagiNya. Setinggi apapun jabatan yang tengah diemban, atau hanya sebagai pesuruh kantor sekalipun, kita ini sama dihadapanNya. Saat menjalankan salat, tujuan kita adalah menghadapNya, beribadah untuk memperoleh ridhoNya. Yang membedakan hanya tingkat keimanan dan ketaqwaan kita. Itulah yang saya rasakan saat salat berjamaah tadi siang.

.

Menjadi sebuah renungan bagi saya bahwa tidak boleh tinggi hati dan sombong dengan sesama makhlukNya. Allah telah menciptakan kita dengan sebaik-baiknya tanpa beda. Akal dan pikiran adalah fitrah yang harus dijaga dan dimanfaatkan untuk hal-hal yang baik. Kedudukan dan jabatan merupakan amanah yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab. Kesombongan hanya akan menghancurkan.
.

Semoga renungan ini juga memberi sedikit manfaat.



Nova DW
Nganjuk, 5 April 2017




#PengingatDiri
#Inspirasi

Post a Comment

12 Comments

  1. Iya, bener Mbak. Ketika kita menghadap sang Khalik, siapapun kita, tiada beda. Yang membedakan hanya ketaqwaan kita terhadapNya.

    Di kantor pun kami sering berjamaah, imamnya juga siapa saja boleh selama dia mampu. Bahkan seringnya, Pak boss jadi makmum

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saat dihadapanNya, kita semua sama bagiNya ya mbak Eri ^^

      Delete
  2. Kata orang sunda mah: Leres kitu teh Nova. Satuju pisan.. :):):)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Leres dalam Bahasa Jawa artinya benar. Matur nuwun, Pak Dedi :)

      Delete
  3. reminder bangettt, sangat menginspirasi. makasih pencerahannya mba nova :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah bila bermanfaat, mbak Indah :) Reminder juga buatku

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^