.
Suatu
ketika, ada suatu penyakit mendera tubuh kita. Kita harus menelan beberapa
butir pil pahit untuk membantu agar penyakit tersebut enyah dari tubuh,
sehingga kondisi kesehatan bisa kembali pulih seperti sedia kala, dan aktivitas
sehari-hari kembali berjalan dengan lancar.
.
Hidup
ini terkadang ibarat harus menelan ‘pil pahit’. Mau tidak mau harus
‘ditelan’. Jangan buru-buru
‘dimuntahkan’, sebab pil pahit itu bisa jadi ‘obat’ yang menyembuhkan. Mungkin
pernah dalam hidup kita mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan. Anggap saja
itu adalah ‘pil pahit’. Terkadang hinaan, cacian, makian sempat ‘mampir’ dalam
hidup, itu adalah hal yang wajar. Tidak selamanya hidup ini selalu yang
‘enak-enak’ saja (menurut kita).
.
Hal
inipun pernah saya alami. Kejadian-kejadian tidak menyenangkan yang pernah
mampir, sempat membuat diri tidak percaya diri, menyalahkan keadaan bahkan
merasa sebagai orang paling tidak beruntung di dunia. Pernah mengalami masa
penuh olokan dari teman-teman sekolah akan kondisi tubuh dengan berat badan
berlebih (bahkan ada beberapa teman yang memberi julukan yang membuat sakit
hati, bagi anak usia sekolah dasar saat itu), juga masa ketika belum menikah di
usia yang sudah melewati seperempat abad, dan mendapat omongan yang kurang enak
didengar telinga dari orang-orang terdekat tentang diri pribadi, membuat saya
merasa sebagai orang paling malang. Hidup seolah tidak berpihak pada saya.
.
Pengalaman-pengalaman
‘pahit’ juga pernah dialami dalam menulis. Ketika masa awal-awal menulis,
mendapat kritik dan saran yang ‘keras’ (sebagai penulis pemula pasti pernah
merasakan hal seperti ini), membuat diri hampir menyerah dan tidak melanjutkan
menulis. Sempat merenung, apakah dengan berhenti menulis saya akan lebih
bahagia? Bukankah diri yakin bahwa menulis adalah salah satu cara untuk meraih
kebahagiaan?
.
Kembali
bertanya pada diri, apakah saya sudah siap meninggalkan dunia menulis? Siap
mengubur cita-cita menjadi seorang penulis? Bukankah itu sama artinya ‘memuntahkan’
pil pahit dan tidak ingin ada ‘kesembuhan’? Bukankah itu artinya menyerah pada
keadaan dan membiarkan ‘penyakit’ itu terus
ada dalam tubuh? Bukankah itu sama saja saya tak ingin menjadi manusia yang
lebih baik dan berguna, setidaknya untuk diri sendiri?
.
Kembali
saya merenung. Kekurangan-kekurangan yang ada pada diri memang akan selalu ada.
Bila tak ingin menjadi insan yang lebih baik dan memanfaatkan waktu di dunia
sebaik mungkin, sama artinya bahwa diri ini termasuk golongan orang-orang yang
merugi. Menjalani kehidupan dengan penuh sia-sia. Sungguh, saya tak ingin hidup
berlarut dalam penyesalan.
.
Saya
harus meyakinkan diri bahwa perubahan harus dilakukan! Dengan cara, memperbaiki
cara pandang akan segala sesuatu, mencoba menjalin komunikasi yang baik dengan
orang lain, tidak berhenti belajar dan tidak takut dianggap jelek, tetap
berpikir positif, lebih menerima dan ikhlas menerima kekurangan diri, harus
lebih sabar menjalani kehidupan yang penuh warna, dan tentu saja mensyukuri
segala anugerah dan karunia yang telah diberikan Tuhan pada saya.
.
Setiap
‘pil pahit’ kehidupan memang harus kita telan, karena untuk membantu
‘menyembuhkan’ penyakit yang ada dalam tubuh. Setiap peristiwa tidak
menyenangkan dalam hidup sebenarnya untuk memberi kesempatan pada kita
memperbaiki diri. Semoga disisa usia, saya bisa memanfaatkan kesempatan
sebaik-baiknya untuk terus berusaha menjadi manusia yang lebih baik dan bisa
memberi manfaat bagi orang lain. Aamiin.
.
Semoga
yang sedikit ini memberi manfaat.
Nova
DW
Kota
Bayu, 19 Maret 2017
#PengingatDiri
#Inspirasi
#Motivasi
11 Comments
pagi mbak, obat itu mayoritas pahit, tapi hasilnya insaa allah dengan izinnya kita akan sembuh. begitu juga setiap awal usaha dimanapun kita kerjakan.
ReplyDeleteselalu semangat untuk menulis dan menjadi penulis profesionalnya, mbak nova
Terimakasih mas Fajar atas apresiasi dan doa untuk saya. Aamiin 😊
Deletesami sami mbak nova
Deletejustru yang pait pait itu sebenarnya yg bikin sehat,klo saya pribadi biasanya minum jamu kak Dian..
ReplyDeleteWah ... Keren. Jarang orang muda mau minum jamu, lho 👍😊
DeleteInspiratif mbak artikel ny..
ReplyDeleteTerima kasih.
Terimakasih mas Hanif. Semoga bermanfaat 😊
DeleteSo ispired
ReplyDeleteTerimakasih mbak Wid :)
DeleteAllah selalu memberikan cobaan yang sesuai kemampuan kita, ya kan :)
ReplyDeletekadang kita lupa itu
Manusia memang tempatnya lupa ya mbak Ninda
DeleteTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^