Ingatkah
ketika masa kanak-kanak, saat hujan lebat, kita bergembira ria bermain air,
tertawa menjerit bersama teman-teman. Namun tak lama, Ibu datang menyuruh
pulang, tapi kita tak menghiraukan Ibu hingga beliaupun murka. Diri bertanya,
kenapa Ibu menghalangi kesenangan dan kegembiraan?
.
Kenangan
itu membasahi ingatan. Lantas diripun tersenyum saat pemahaman datang. Ibu
melarang karena kasihnya. Ibu murka karena sayang. Dia tidak membenci. Beliau
tahu apa yang anak-anak tidak tahu. Saat kita masih usia kanak-kanak, yang
diinginkan adalah apa yang disuka. Larangan Ibu adalah ujian, sebagai bentuk
penjagaannya pada kita. Meski terkadang terasa menyedihkan.
.
Demikian
pula dengan ujian-ujian Allah. Kadang begitu perih, pahit dan menyakitkan. Kita
inginkan kesuksesan, Allah berikan kegagalan. Kita inginkan pertemuan, Allah
takdirkan perpisahan. Manis yang kita impikan, pahit yang menjadi kenyataan.
Hatipun resah bertanya, kenapa Allah memberlakukan demikian? Jawabannya tak
lain adalah karena Allah tahu yang terbaik untuk kita.
.
Ujian
Allah seumpama ‘larangan Ibu’. Ibu murka lantaran kasih sayangnya. Allah pun
berkasih dengan kita, bahkan kasih sayangnya jauh melebihi kasih seorang Ibu
pada anaknya.
.
Namun
sayang, kita seringkali ‘buta’. Tak mampu melihat dibalik pedih dan sakit bahwa
ujian dariNya adalah bentuk kasih sayangNya. Kita tak mampu tunduk dan pasrah
pada ketentuanNya.
.
Seberat
apapun ujian yang Allah timpakan, pasti ada kasih sayang yang mendasari. Hanya
kematangan akal yang mampu berpikir dan hati tenang penuh dzikir yang dapat
merasai hikmah dibaik setiap ujian.
.
Allah
telah berfirman :
“Diwajibkan atas kamu berperang,
padahal ini tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi
sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal
itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
(QS. Al Baqarah : 216)
.
Semoga
yang sedikit ini memberi manfaat.
Nova
DW
Kota
Angin, 7 Maret 2017
≠SelfReminder
≠Inspirasi
6 Comments
Hiks hiks...
ReplyDeleteApakah aku buta?
Mungkin karena belum bisa memaknai arti sebenarnya, mbak Wid.
DeleteSering manusia tak mampu melihat bahwa ujian dariNya adalah bentuk kasihNya. Manusia lebih suka menyalahkan daripada mengevaluasi. Termasuk aku. Hiks :(
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita
Aku terharu, sekaligus sedih. :'D
ReplyDeleteSemoga bisa jadi pengingat diri ya, Mbak Anisa.
ReplyDeleteTerimakasih sudah mampir :)
Tapi kebanyakan manusia tidak peka akan maksud Tuhan.
ReplyDeleteBetul, mbak Anik. Manusia cenderung membenarkan pemikirannya sendiri
DeleteTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^