Menulis itu
bisa diibaratkan bahwa kita akan menempuh perjalanan panjang.
Sebelum
melakukan perjalanan, tentu diperlukan persiapan yang cukup matang. Misalnya,
kendaraan yang akan dipakai. Bila naik mobil, cek keempat roda, aki, air radiator, rem,
bahan bakar sudah terisi penuh apa belum, kaca mobil macet atau tidak, dan
sebagainya.
.
Sama halnya
dengan menulis. Tentu diperlukan persiapan agar perjalanan menulis bisa lancar.
.
Pertama,
niat. Ya, tentukan niat. Menulis
untuk apa? Sekedar curhat, menyalurkan hobi, atau untuk mengkomersilkan
tulisan?
.
Kedua,
jenis tulisan yang ingin ditulis.
Menulis itu bisa dalam bentuk apa saja. Bisa cerpen, cerbung, artikel, opini,
esai, novel dan sebagainya. Bila bisa memfokuskan diri pada tulisan yang
diminati dan dikuasai, In syaa Alloh hasilnya lebih bagus daripada memaksakan
diri menulis yang tidak diminati.
.
Ketiga,
media untuk menulis. Menulis
bisa dimana saja. Di buku, di laptop atau bahkan di kertas bekas. Tuliskan saja
apa yang ingin ditulis. Jangan hanya karena tidak punya alat tulis, lalu
menghentikan niat untuk menulis.
.
Perjalanan
menulis tidak selamanya lancar. Ada kalanya menghadapi berbagai hambatan.
Ketika melakukan
perjalanan, kadangkala menghadapi kendala. MIsalnya, mobil mogok. Mungkin
akinya macet, mungkin kehabisan bahan bakar. Terkadang, jalan yang harus
ditempuh harus berkelok-kelok, melewati tanjakan yang tajam, dan sebagainya.
.
Aktivitas
menulis pun terkadang menghadapi kendala. Merasakan yang namanya writer’s block, misalnya. Atau seolah kehabisan
ide. Bahkan merasa jenuh menulis. Tak jarang kita asyik bersosial media hingga
lupa dan menjadi malas menulis.
.
Kendala yang
dihadapi bukan untuk dihindari. Harus segera dicari solusinya. Kemalasan harus dilawan. Ingat … perjalanan
masih jauh.
.
Menulis itu
ibarat belajar mengendarai mobil yang butuh instruktur.
Belajar
mengendarai mobil tentu dibutuhkan kehadiran instruktur yang berpengalaman dan
bisa membuat muridnya mengendarai mobil dengan baik, asalkan mematuhi arahan
dari instruktur.
Sama halnya
dengan menulis. Bila ingin semangat untuk menulis tetap terjaga, tulisan kita
lebih tertata ejaannya, menjadi lebih bagus, kita juga butuh bimbingan dari
mentor. Tanpa kehadiran mentor, tulisan kita akan ‘berjalan’ tanpa arah. Kita
bisa ‘jatuh’ ke’ jurang’ terdalam tanpa
ada yang mengingatkan arah tulisan kita.
.
Untuk
sampai pada tujuan perjalanan, diperlukan perjuangan
Selama melakukan
perjalanan, tidak semudah yang dibayangkan. Butuh yang namanya perjuangan.
Terutama berjuang untuk bersabar menghadapi berbagai rintangan yang ditemui
selama melakukan perjalanan. Misalnya, tiba-tiba salah satu ban mobil ada yang
bocor, terpaksa harus mengganti dengan ban serep. Otomatis perjalanan harus
dihentikan sementara.
Begitupun dengan
menulis, juga butuh perjuangan. Tiba-tiba mengalami kebuntuan ide dan bingung
hendak menulis apa, padahal ada tenggat waktu yang harus diselesaikan. Bahkan
tak jarang, karena merasa apa yang ditulis tidak layak untuk dipublikasikan,
tulisan yang sudah setengah jadi malah dihapus dan dibuang.
.
Jika mengalami
hal tersebut, hendaknya kita hentikan dulu aktivitas menulis. Rehat beberapa
saat. Endapkan saja dulu apa yang telah ditulis. Lakukan aktivitas lain,
membaca misalnya. Dari aktivitas tersebut, bisa jadi akan timbul ide-ide segar
untuk memperbaiki tulisan yang sudah dibuat.
.
Semoga yang
sedikit ini bermanfaat.
#SelfReminder
#Inspirasi
#Motivasi
2 Comments
ya mbak, bener, kita menulis harus punya tujuan atau goal. kalau berbagi ilmu dan pengalaman, tulislah sesuai apa yang kita hadapi, dan selalu semangat. agar niat menulis kita tidak berhenti walau sudah mencapai goal yang kita inginkan. semoga semakin semangat nulisnya mbak nova :)
ReplyDeleteSemoga kita bisa menjadi insan yang selalu menebar kebaikan dan bermanfaat bagi orang lain. Aamiin :)
DeleteTerima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^