Masihkah kau ingat
sayang
gadis yang pernah kau sayang
dia menunggumu sayang, cintanya
kau berikan dia janji
kau berikan dia cinta yang indah
gadis yang pernah kau sayang
dia menunggumu sayang, cintanya
kau berikan dia janji
kau berikan dia cinta yang indah
“Masihkah kau ingat, sayang?” lantunku dalam nada.
Lirik lagu yang dipopulerkan oleh Iis Sugianto, sekitar tahun 80-an. Sebaris
lirik lagu yang paling kuingat ketika menjalani ritual penyambutan kedatangan
Bapak.
Entah sejak kapan aku suka menyanyikan lagu itu.
Mungkin karena sering mendengar lagu tersebut diputar dari tape recorder di rumah keluarga. Kebetulan saat itu, kami
sekeluarga masih tinggal bersama MbahKakung, Mbah Putri serta Bulek sekeluarga.
Biasanya Bulek suka menyetel kaset-kaset dengan lagu yang dinyanyikan para
penyanyi yang populer kala itu. Ibuku juga suka mendendangkan lagu. Dan mungkin
saat itu, lagu Iis Sugianto ini sering diputar dan aku akhirnya bisa hafal satu
atau dua liriknya.
Lirik lagu yang kunyanyikan tersebut menjadi sebuah
rutinitas dan menjadi lagu selamat datang bagi Bapak yang setiap akhir pekan pulang
ke rumah dari tugas belajarnya di luar kota.
Sabtu sore adalah hari paling kunanti. Mandi lebih
awal, berdandan rapi dengan rambut dikuncir dua. Menunggu kedatangan Bapak
dengan duduk manis di teras depan sambil sesekali bergumam melantunkan lagu kesayangan.
Membayangkan bila akan diajak jalan-jalan,
berkeliling di kota kecil yang kami tinggali, berboncengan berempat naik motor
Bapak. Aku duduk di depan, lalu Bapak, dan di belakangnya, Ibu dengan
menggendong adik. Sepanjang jalan, aku akan dengan riang menyanyikan lagu-lagu
kesukaan. Rasa rinduku makin membuncah.
Seolah waktu berjalan lambat dengan penantianku akan momen istimewa sore ini.
Lamunanku buyar ketika kudengar suara motor Bapak
memasuki halaman rumah. Aku pun bergegas menghampiri. Belum lagi motor
dimatikan, aku yang sudah bersiap dari tadi langsung mengeluarkan suara.
“Bapak … Bapak. Masihkah kau ingat, sayang?”
Bapak sejenak bingung dengan ulahku. Beberapa detik
kemudian beliau menyadari, lalu tertawa terbahak-bahak. Diraihnya aku, dipeluk
dan dicium kedua pipiku yang gembul. Lantas aku didudukkan di boncengan depan,
berkeliling sejenak di sekitar tempat tinggal kami.
Malam harinya, Bapak mengajak kami ke alun-alun.
Tempat hiburan paling murah meriah kala itu di kota kecil kami, dengan berboncengan
berempat. Di dalam alun-alun ada air mancur, ada lapangan basket, ada patung
Kapten Kasihin, beberapa pohon beringin nan rindang, halaman rumput yang luas,
ada penjual makanan, minuman, dan berbagai macam mainan. Biasanya, kami duduk
berempat bercengkerama di atas halaman rumput. Bila bosan, aku berlarian
mengelilingi lapangan basket. Tentu dengan pengawasan Bapak dan Ibu. Bila
lelah, aku sering minta dibelikan jajanan tradisional dari pedagang yang
menjualnya di alun-alun. Ada cenil, puthu dan es puter. Aku suka es puter yang
dijual di alun-alun. Es yang telah diserut dengan topping roti tawar dipotong
dadu kecil-kecil, tersaji di dalam gelas pendek bertangkai, membuat air liurku
terasa terhenti di kerongkongan, ingin segera menikmatinya. Ah, sedapnya.
Ketika malam beranjak larut, dan aku serta adik
sudah lelah bermain, Bapak akan mengajak kami untuk segera pulang. Kali ini tak
seriang seperti berangkat ke alun-alun karena aku sudah tak bisa menahan
kantuk. Tak ada lantunan lagu kesayangan dari mulut mungilku. Namun bahagia
telah terpatri di hatiku. Satu hari istimewa telah kulalui bersama orang-orang
yang kucintai.
#OneDayOnePost
#TantanganCerpenTerinspirasiLagu
7 Comments
Jadul banget lagunya...
ReplyDeleteHehehe
Untung bukan Rita Sugiarto...
Dangdutan kalo iya, hehe
Hahaha...
DeleteLa itu lagu kenangan e mas. Sampe sekarang ya masih terkenang. Hehehe.
Biarin jadul yang penting nulis (apa hubungannya ya? Hehe)
Hahahahaha...iya...jadul banget..
ReplyDeleteBtw goodjob
Haduuuhh jd inget masa2 SD mbak. Lagu ini mmg hits bgt wkt itu, di rumahku dulu sering diputar. Kalender jg gambar iis sugianto 😀 Nice post mb Nova 👍
ReplyDeleteBiar jadul tapi banyak kenangannya hehe
DeleteTermasuk kenangan dengan si dia yang ku sayang ya mbak.. Heuheuy..
ReplyDeleteMantap euy.. 'lukisan' kenangannya.. Terus semangat ya mbak...
Ya, Pak Dedy. Kenangan dengan almarhum Bapak.
DeleteTerimakasih sudah mampir :)
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^