Laporan Perkembangan Anak Didik





Beberapa hari yang lalu tepatnya hari Rabu, 11 Januari 2017, saya mendapat pemberitahuan dari pihak sekolah Rafa bahwa di akan menerima raport. Bukan raport, tepatnya buku laporan perkembangan anak didik. Itupun setelah saya menerima buku tersebut dan membaca judulnya hehe.


Sebelum menerima buku laporan tersebut, saya sempat dag dig juga. Pasti akan tertera penjelasan dan teguran bahwa Rafa sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Kekhawatiranpun timbul. Waduh, bagaimana ya isinya?


Kekhawatiran itu beralasan. Sebab, jujur saja nih. Rafa masih agak malas bersekolah. Pada awalnya semangat, namun tak jarang mood malasnya kumat. Bahkan pernah beralasan kalau badannya sakit sambil menempelkan tangannya ke dahi. Seperti pernah terjadi di suatu pagi.


“Bun, lihat nih, badanku panas,” katanya.


Reflek saya menempelkan tangan ke dahinya. Tidak terasa panas. Sayapun mengerutkan dahi. Hmmm…


“Nggak panas, tuh,” kata saya.


“Panas, Bun,” elaknya.


Dan sempat terjadi aksi adu mulut antara saya dan Rafa. Namun saat itu saya mengalah saja. Tak mau ada pertengkaran antara kami. Akhirnya saya mengijinkannya untuk tidak bersekolah.


Namun ternyata, sikap saya pernah berakibat fatal. Rafa mengira bahwa Bundanya ini akan bersikap sama saat dia melakukan aksi tersebut kembali. Oh tidak! Saya tidak menginginkan dia berpikiran seperti itu. Nanti dia keterusan dong mogok sekolah. Lantas bagaimana dengan proses belajarnya?


Itulah sebabnya, sayapun mengajukan pertanyaan bernada khawatir kepada gurunya saat menerima buku laporan perkembangan Rafa selama belajar.


“Bagaimana Rafa di sekolah, Bu Nur?” tanya saya pada salah satu guru kelasnya yaitu Bu Nur.


“Oh, Rafa sudah mulai menunjukkan perubahan sikap, Bu. Sudah bisa mengerjakan tugas mandiri hingga selesai, meskipun butuh waktu agak lama dan bla … bla … bla,” jelas Bu Nur panjang lebar.


Alhamdulillah, syukur saya dalam hati tak terkira. Lega sekali mendengar keterangan dari Bu Nur. Kekhawatiran saya tidak terbukti. Rafa sudah menunjukkan perubahan sikap kearah yang lebih baik meskipun memerlukan dorongan dari orang-orang di sekitarnya, belum betul-betul atas inisiatifnya sendiri. Terlebih lagi setelah melihat nilai-nilai dalam buku laporan perkembangan anak didik yang saya terima, hasilnya tidak mengkhawatirkan.



Itulah. Terkadang kita memang takut dan khawatir bahwa hasil akhir dari perbuatan kita senantiasa tidak sesuai harapan. Setiap kebaikan masih belum cukup menutup setiap kesalahan yang kita perbuat. Kita terlalu khawatir bahwa kita tidak bisa menjadi pribadi yang menyenangkan bagi orang lain.


Namun selama masih ada usaha untuk memperbaiki diri, bukankah kekhawatiran itu sebaiknya dihindari? Bukankah lebih penting untuk tetap berbuat kebaikan dimanapun, pada siapapun dan kapanpun saja serta bermanfaat bagi banyak orang?



Semoga yang sedikit ini bermanfaat.





#SelfRemider
#Inspirasi

Post a Comment

0 Comments