Berani Kotor Itu baik






Ceritanya, kemarin sore waktu pulang kerja, saya mendapati si kecil tengah asyik bermain air. Sepertinya tengah asyik sekali. Sayapun menghampirinya.

“Rafa … lagi ngapain itu?” tanya saya penasaran.

“Ini lho, Bun. Aku mau buat kolam renang buat itik,” jawabnya polos.

Hmm… kolam renang? Buat itik?



Yaa, di rumah kami memang ada beberapa ekor peliharaan selain beberapa ekor ayam bangkok. Hanya sekadar peliharaan saja. Selain agar sisa-sisa makanan tak terbuang percuma, juga biar bikin ramai rumah, hehe. Kadang-kadang telur-telur mereka bisa kami konsumsi. Lumayan, menghemat uang belanja (dasar emak-emak ya? Hehe).


Balik soal Rafa yang tengah asyik dengan ‘kolam’ barunya.


Dalam kondisi lelah sepulang kerja, melihat anak berkotor ria dan basah-basahan dari ujung kepala hingga kaki, bisa membuat amarah saya meledak. Rasanya gemas melihatnya seperti itu. Tentu saya akan mengeluarkan jurus melarang dan ngomel-ngomel. Bicara panjang kali lebar kali tinggi dengan intonasi suara yang bisa didengar tetangga samping kanan kiri.


Tapi kali ini tidak. Saya hanya tersenyum membiarkan Rafa asyik dengan aktivitasnya. Dia juga tidak menyadari bahwa saya sibuk jeprat-jepret.





Kenapa saya membiarkan Rafa dalam keadaan basah dan kotor? Karena saya ingin dia bisa menikmati keadaan itu. Juga terpikir, Rafa sudah menunjukkan bahwa dia berani untuk kotor. Tidak jijik dengan tanah dan air hingga membentuk kubangan.


Selain itu, saya mengapresiasi sekali dengan daya pikir kreativitasnya untuk membuatkan ‘kolam’ bagi itik-itik kami. Ini poin yang sangat penting bagi perkembangan anak. Dan saya bersyukur, Rafa mengembangkan daya kreatif dalam tindakan yang positif.


Hal yang sangat penting dalam hal ini adalah, sebagai orangtua, saya tidak ingin menghambat pertumbuhannya, baik fisik, nalar, kreativitas dan kepekaan pada lingkungan sekitar. Sesekali berkotor dan berbasah ria toh tak mengapa. Nanti juga setelah puas, kan bisa mandi keramas.


Malam harinya, ketika menunjukkan hasil jepretan saya saat dia bermain tadi sore, Rafa girang bukan kepalang. Kejutan itu membuatnya senang. Lalu dia kembali bercerita dengan semangat tentang aktivitasnya itu. Sayapun mendengarnya dengan tak henti tersenyum. Saya bahagia karena anak saya juga bahagia.


Bayangkan bila saya tidak membiarkannya bermain air dan berkotor ria. Dia pasti ngamuk, menangis dan terjadi adu mulut. Pasti ada pertengkaran. Dan pasti akan ada penyesalan dari saya. Endingnya, satu hari terlewat tanpa kebahagiaan Rafa. Tentu ini hal yang tidak saya inginkan.


Menurut saya, anak itu jangan banyak dilarang. Biarkan dia bermain apa yang diinginkannya. Biarkan dia berkreasi dengan imajinasinya. Tentu saja kita tetap mengontrol dan mengawasi bila permainan itu mulai membahayakan dirinya.


Dunia anak itu pernuh warna. Biarkan anak-anak kita menikmatinya. Jangan sampai kita menyesal karena telah merampas masa indah mereka hanya karena ego kita sebagai orangtua.

Semoga yang sedikit ini bisa memberi manfaat.



≠Inspirasi
#BeraniKotorItuBaik





Post a Comment

2 Comments

  1. ya emang benar tuh mba.. selama kotornya masih bisa dibersihkan dan tidak bahaya,kenapa tidak. denger2 juga katanya itu bisa mengasah syaraf motorik anak

    ReplyDelete
  2. Wah, benarkah bisa mengasah syaraf motorik anak? Bagus dong kalau begitu.

    Terimakasih sudah mampir ya :)

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^