Cerbung Bunga Kemuning Bagian 6







“Non …”

Bik Tun mencoba memanggil Sekar yang masih mengurung diri dalam kamar. Namun tak ada jawaban. Perempuan paruh baya itu mencoba mengetuk pintu dengan perlahan.


“Tok … tok … tok …”

“Non Sekar, maaf Non kalau Bibik memanggil terus dari tadi. Tolong buka pintunya. Dari tadi siang kan Non Sekar belum makan. Ada apa? Apa Non minta dimasakkan apa, gitu? Bibik akan buatin. Tapi buka pintunya dulu. Bibik khawatir,” dengan memelas Bibik Tun mengiba pada sosok yang ada dalam kamar.

Masih belum ada jawaban. Bik Tun menunggu dengan cemas.

Ketika tangan Bik Tun akan kembali mengetuk pintu, tiba-tiba daun pintu kamar bergerak. Akhirnya, batin Bik Tun senang karena Sekar membukakan pintu untuknya.

Namun …

Demi melihat momongannya, sontak Bik Tun berteriak sedikit kaget.

“Ya Alloh, Non. Non Sekar kenapa begini? Mata Non bengkak, wajah juga pucat. Non Sekar sakit? Mana yang sakit? Bibik pijat ya?” berondong Bik Tun dengan berbagai pertanyaan khawatir. Tangan yang mulai keriput itu mencoba memegang lengan anak sang majikan itu.

Sekar hanya menggeleng lemah. Lirih terdengar suaranya.

“Aku tidak apa-apa, Bik. Hanya pusing dan lemas.”

“Kalau begitu, Non Sekar berbaring saja ya. Sebentar, Bibik turun lagi, membuatkan teh hangat buat Non, ya.”

“Nggak usah, Bik.” Bibik di sini saja, temani Sekar.”

Tiba-tiba, tubuh mungil itu memeluk Bik Tun. Tangisnya pecah. Bik Tun termangu bingung. Lantas dibimbingnya Sekar ke tempat tidur. Sambil mengelus lembut kepala Sekar, dibiarkannya dada yang mulai renta sebagai tempat menumpahkan segala rasa. Saat seperti ini, serasa tak ada jarak diantara mereka. Naluri keibuannya pun menyeruak. Hening beberapa saat tiada terdengar di kamar itu.

Berpuluh tahun mengabdi, Bik Tun tahu, bahwa di rumah besar itu, dalam kamar ini, ada sosok yang selalu kesepian. Meski segala fasilitas ada, namun Non Sekar sering mengurung diri dalam kamar.

Sebuah kamar bercat pink pucat yang berukuran besar dengan kamar mandi di dalamnya, ada sebuah televisi layar datar berukuran cukup besar, seperangkat meja kursi untuk Sekar mengerjakan tugas sejak duduk di bangku sekolah hingga kuliah, sebuah ranjang empuk yang cukup memuat tiga orang, dua buah jendela besar yang menghadap ke jalan, serta satu set meja kursi mungil di sudut kamar dekat jendela. Sebuah kamar yang nyaman dan cukup mewah bagi seorang Bik Tun.

Tiba-tiba Sekar bangkit dan mencoba mencari-cari sesuatu. Sebuah handphone. Dengan menggeser layar, dicarinya sebuah nama. Lantas mencoba menghubungi kontak yang ada di sana. Namun raut kecewa menghinggapi kala seseorang di seberang sana gagal dihubungi.








#OneDayOnePost
#Tantangan Cerbung
#Bagian6



Post a Comment

0 Comments