Ibu
masih duduk diam membisu. Sesekali disekanya airmata yang jatuh perlahan
membasahi pipi. Semesta seolah membisu turut merasakan pilu perempuan ayu
berambut sebahu ini.
Terlihat
kedua tangan yang berulang kali saling meremas karena gemas. Bahu yang naik
turun dengan helaan napas terdengar berat menambah lara.
Semua
itu tak sekejappun lepas dari pandangan Pandu, yang duduk di hadapan perempuan
itu. Laki-laki itu tahu, dialah penyebab pilu hati sang bunda.
“Pandu
…,” lirih suara Ibu memecah sunyi diantara mereka.
“Dalem (1), Bu,” santun Pandu
menjawab. Lembut suara Ibu yang memanggil namanya terdengar menyayat hati.
“Ibu
jadi bingung harus bagaimana, Le (2).
Harus bilang apa pada Bapakmu tentang masalah ini. Tak bisa kubayangkan
murkanya. Duh Gusti … hamba mohon ampunanMu. Berat nian cobaan ini untuk
keluarga hamba. Ampunilah dosa-dosa kami, ya Alloh.”
Kembali
Ibu terisak sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.
Melihat
Ibu seperti itu, Pandu pun sontak bangkit dari tempat duduknya dan bersimpuh di
kaki perempuan itu.
“Maafkan,
Pandu, Bu. Aku khilaf, aku berdosa pada Ibu,” tangis Pandu kembali menderas
membasahi pipi. Tak dipedulikannya diri berurai airmata sembari sesenggukan seperti
anak kecil yang direbut mainannya. Dia hanya ingin menumpahkan yang menyesak
dalam dada.
Kedua
tangan memeluk erat kaki Ibu. Ditumpahkannya tangis di sana. Ego laki-laki itu
meluruh seiring duka.
Ibu
hanya bisa mengelus dada. Dibelainya rambut Pandu perlahan. Beliau tahu, jiwa
anak sulungnya tengah terguncang.
Badai
prahara tengah hadir ditengah keluarga mereka. Ombak yang besar sedang menghadang
laju kapal. Namun perempuan yang telah berpuluh tahun menjalani hidup penuh
coba itu, berusaha tegar.
Tak
seharusnya berkalung duka berpanjangan. Diyakinkannya diri bahwa setiap ujian
pada setiap insan adalah bentuk kasih sayangNya pada umat manusia, dan untuk
meningkatkan derajat manusia.
Namun
tak dipungkirinya, hatinya memang lara. Helaan napas yang berat kembali
terdengar.
.
Sementara,
di sebuah rumah, tepatnya di sebuah kamar, seorang perempuan muda, berkulit
kuning langsat yang membalut tubuh mungilnya, tengah terisak dan berulang kali
menyebut sebuah nama.
“Mas
Pandu…”
Catatan
:
(1) Dalem : apa (bahasa Jawa halus)
(2) Le, penggalan kata
Thole : panggilan
untuk anak lai-laki (Jawa)
Baca juga :
#OneDayOnePost
#TantanganCerbung
#Bagian5
0 Comments
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^