Cerbung Bunga Kemuning Bagian 20 (tamat)





Senja mulai turun menggantikan sore diiringi angin gunung yang sejuk semilir, mengelus permukaan bumi di lereng Pegunungan Wilis, termasuk menimpa rumah mungil kami di Desa Sawahan, Nganjuk. Kubiarkan jendela kamar terbuka lebar untuk merasakan sejuknya hawa pegunungan. Tangan pun bertumpu pada bingkainya. Mencoba menikmati segala yang bisa tertangkap dalam pandang mata, telinga dan seluruh bagian tubuhku yang lain. Lantas menghirup dalam aroma bunga kemuning yang menguar memenuhi rongga penciumanku. Alangkah harumnya, alangkah segarnya.


Rasanya baru kemarin aku melihat sosok itu tertidur di teras, kala ingin segera menghirup wangi bunga kemuning kami yang ada di tepi pagar halaman rumah. Sama sekali tak kuduga, dibalik tubuh yang mulai mengurus, terpendam masalah pelik di dirinya. Sosok itu, Mas Pandu-ku, saat itu tengah menghadapi masalah yang membebani hidup. Aku sama sekali tidak menyangka bahwa dia bisa terjerumus dalam perbuatan nista dengan kekasihnya, Sekar.

Waktu telah berlalu. Permasalahan Mas Pandu dan Sekar telah usai. Mereka sudah menikah, meski tidak ada pesta pernikahan. Sekar kini tinggal di rumah kami, menunggu kelahiran sang jabang bayi. Diapun berjanji untuk tetap melanjutkan kuliah seperti syarat yang diajukan oleh Papanya sebelum keputusan menikah dengan Mas Pandu.

Meski terlihat belum terbiasa tinggal di rumah sederhana dibanding rumahnya yang mewah, namun atas permintaan Mas Pandu, dia pun menuruti keinginan suaminya untuk tinggal bersama di rumah kami. Terkadang sikap manjanya masih tampak, namun kulihat dia belajar berubah menjadi pribadi lebih baik. Mas Pandu pun terlihat begitu sabar membimbing istrinya.

Tiba-tiba, terasa ada yang mengalir di pipiku. Tetes hangatnya yang hanya sesaat terasa, tersapu oleh rasa dingin yang dihembuskan oleh sejuknya angin gunung. Kembali tercium aroma bunga kemuning, harumnya seolah menemaniku melewati berbagai peristiwa penting yang terjadi dalam keluarga kami, dan menyentuhkan perasaan khusus dalam sanubari diri ini.

Akupun tersadar bahwa setiap ujian yang menimpa keluarga kami dan keluarga Sekar adalah salah satu bentuk kasih-Nya. Kami tidak boleh meratapi nasib dan harus terus berusaha memperbaiki setiap kesalahan dan dosa-dosa. Syukur pun harus senantiasa terpanjatkan, bahwa Alloh masih memberi kesempatan untuk bertaubat dan menjalani hidup penuh keikhlasan atas segala cobaan.




-SELESAI-





#OneDayOnePost
#TantanganCerbung
#Bagian20 (tamat)

Post a Comment

0 Comments