Senja
mulai turun menggantikan sore diiringi angin gunung yang sejuk semilir,
mengelus permukaan bumi di lereng Pegunungan Wilis, termasuk menimpa rumah
mungil kami di Desa Sawahan, Nganjuk. Kubiarkan jendela kamar terbuka lebar
untuk merasakan sejuknya hawa pegunungan. Tangan pun bertumpu pada bingkainya. Mencoba
menikmati segala yang bisa tertangkap dalam pandang mata, telinga dan seluruh
bagian tubuhku yang lain. Lantas menghirup dalam aroma bunga kemuning yang
menguar memenuhi rongga penciumanku. Alangkah harumnya, alangkah segarnya.
Rasanya
baru kemarin aku melihat sosok itu tertidur di teras, kala ingin segera
menghirup wangi bunga kemuning kami yang ada di tepi pagar halaman rumah. Sama
sekali tak kuduga, dibalik tubuh yang mulai mengurus, terpendam masalah pelik
di dirinya. Sosok itu, Mas Pandu-ku, saat itu tengah menghadapi masalah yang
membebani hidup. Aku sama sekali tidak menyangka bahwa dia bisa terjerumus
dalam perbuatan nista dengan kekasihnya, Sekar.
Waktu
telah berlalu. Permasalahan Mas Pandu dan Sekar telah usai. Mereka sudah
menikah, meski tidak ada pesta pernikahan. Sekar kini tinggal di rumah kami,
menunggu kelahiran sang jabang bayi. Diapun berjanji untuk tetap melanjutkan
kuliah seperti syarat yang diajukan oleh Papanya sebelum keputusan menikah
dengan Mas Pandu.
Meski
terlihat belum terbiasa tinggal di rumah sederhana dibanding rumahnya yang
mewah, namun atas permintaan Mas Pandu, dia pun menuruti keinginan suaminya
untuk tinggal bersama di rumah kami. Terkadang sikap manjanya masih tampak,
namun kulihat dia belajar berubah menjadi pribadi lebih baik. Mas Pandu pun
terlihat begitu sabar membimbing istrinya.
Tiba-tiba,
terasa ada yang mengalir di pipiku. Tetes hangatnya yang hanya sesaat terasa,
tersapu oleh rasa dingin yang dihembuskan oleh sejuknya angin gunung. Kembali
tercium aroma bunga kemuning, harumnya seolah menemaniku melewati berbagai
peristiwa penting yang terjadi dalam keluarga kami, dan menyentuhkan perasaan
khusus dalam sanubari diri ini.
Akupun
tersadar bahwa setiap ujian yang menimpa keluarga kami dan keluarga Sekar
adalah salah satu bentuk kasih-Nya. Kami tidak boleh meratapi nasib dan harus
terus berusaha memperbaiki setiap kesalahan dan dosa-dosa. Syukur pun harus
senantiasa terpanjatkan, bahwa Alloh masih memberi kesempatan untuk bertaubat
dan menjalani hidup penuh keikhlasan atas segala cobaan.
-SELESAI-
#OneDayOnePost
#TantanganCerbung
#Bagian20 (tamat)
0 Comments
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Pastikan Anda mencantumkan nama dan url blog, agar saya bisa berkunjung balik ke blog Anda. Semoga silaturahmi kita terjalin indah ^^