Menjaga Lisan


 
sumber foto : google

Suatu hari, saat akan menjemput anak pulang dari sekolah, saya mengalami kejadian yang membuat diri lebih berintrospeksi. Saat itu, di sebuah perempatan lampu merah, diantara barisan pengendara mobil dan motor, ada peristiwa yang membuat saya tercengang.


Ketika timer lampu merah masih di angka 30-an detik, tiba-tiba ada seorang laki-laki mendekati salah satu mobil di deretan depan.  Jalannya agak tertatih. Kulitnya legam dengan rambut tidak tertata rapi. Tangannya mengetuk kaca pintu mobil. Berulangkali dilakukannya, namun tiada respon dari sang pengendara mobil.

Merasa harapannya tidak tercapai, laki-laki itupun mundur beberapa langkah. Lantas mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan (mengumpat) dengan jari menunjuk pada mobil yang didekatinya tadi. Sungguh tidak nyaman didengar telinga, kata-kata yang dikeluarkannya dengan menyebut salah satu nama hewan.  Astaghfirullah.

Mungkin laki-laki itu kecewa dan marah karena harapannya untuk mendapat sedikit recehan tidak tercapai. Mungkin dia juga sedang lupa bahwa kata-kata yang tidak seharusnya diucapkan bisa menyakiti orang lain. Entahlah saya tidak tahu apa yang ada dibenaknya. Yang jelas, ketika lampu sudah menunjukkan warna hijau, sayapun bergegas meninggalkan perempatan traffic light itu.

Mulut adalah cermin hati. Orang yang dari mulutnya keluar kata-kata kotor, menunjukkan hatinya memang kotor. Orang yang suka mengumpat, mencela dan berbicara kotor adalah orang yang jatuh derajatnya. Kualitas moralnya pun patut dipertanyakan.

Bicara memang mudah, namun sangat besar makna dibalik setiap kata yang kita ucapkan. Bahkan Rasulullah bersabda :
“Berbicaralah yang baik. Kalau tidak bisa, lebih baik diam.”

Semoga kita bisa menjaga hati dan lisan dengan mengeluarkan  ucapan-ucapan yang baik, membahagiakan, penuh hikmah dan membawa kedamaian.


#OneDayOnePost

Post a Comment

0 Comments