Kualitaskan Dirimu dengan Berkata Baik





Pernah membaca istilah ‘kita yang menjalani , orang lain yang mengomentari’?  Kalimat yang sering kita baca di beberapa akun sosial media. Atau barangkali kita sendiri pernah menuliskannya.  

Biasanya karena sedang galau atau lagi jengkel dengan ulah seseorang yang bisanya mengomentari diri kita. Betul apa tidak? Jujur, saya pun pernah merasa jengkel bila diperlakukan seperti ini. Saya yang ngejalanin, orang lain yang berkomentar sana-sini. Bete? Jelas!


Terkadang ingin berteriak saja! Haloo … bisakah kalian diam? Ini hidup aku, ngapain pada ribut? Toh aku tidak mengganggu hidup kalian!

Ehem … emosi mulai tersulut! Ingin rasanya meladeni komentar-komentar itu. Menjelaskan pada mereka bahwa tak perlu repot-repot ikut campur dalam kehidupan kita. Sekaligus mengatakan bahwa belum tentu keadaan mereka  jadi lebih baik setelah turut berkontribusi.

Apalagi kalau kita menanggapi dalam suasana hati yang (sedang) tidak baik. Bisa-bisa terjadi perselisihan hingga hancurnya sebuah hubungan persaudaran maupun pertemanan. Suatu hal yang tak perlu terjadi bila kedua pihak saling memahami bahwa kita hidup sudah dengan porsi masing-masing.

Saling mengingatkan dengan perkataan yang baik itu jauh lebih penting!
Kenapa tidak mencoba bersabar bila ada orang lain yang mengomentari hidup kita? Kenapa tidak mencoba berpikir bahwa itu berarti mereka peduli dengan kita, meski dengan cara yang tidak sesuai dengan hati kita?

Bukankah lisan yang terjaga dengan baik menunjukkan kualitas diri kita? Bukankah diam adalah lebih baik daripada membalas dengan perkataan yang buruk? 
Ingatlah bahwa perkataan apapun yang keluar dari mulut kita bisa menyelamatkan hidup kita, namun bisa menghancurkan pula.

Perbuatan yang baik mencerminkan hati yang baik, meski ada luka di sana.

Haluskanlah lisan, maka lembutlah hati.


“Sebaik-baik perkara adalah kalam yang benar, lisan yang fasih dengan wajah yang cerah, dan kata-kata yang lembut yang keluar dari lautan ilmu melalui lisan seseorang yang berperangai lembut” (Yahya bin Mu’adz).


#OneDayOnePost
#Inspirasi
#HariKe-23

Post a Comment

0 Comments