KIAT MENUMBUHKAN SEMANGAT MENULIS












Kadangkala kita menghadapi menurunnya semangat saat melakukan sesuatu. Termasuk menulis. Aku mau berbagi tips untuk terus menumbuhkan semangat menulis, setidaknya tips ini bermanfaat buatku :). Yuk simak :


 1.  Terus menulis. 

      Menulis tentang apa saja. Entah berbagi resep masakan, parenting, bahkan curahan hati sekalipun, tulis saja seperti menulis di diary.



2.   Konsisten

      Harus berkomitmen pada diri sendiri untuk konsisten menulis.Setiap saat menulis. Menulis, menulis dan menulis.



             Sudah berniat ingin jadi penulis. Namun niat saja tidak cukup kan. Harus ada semangat. Nah, semangat sudah ada, action selanjutnya ya menulis, belajar menulis.Menulis apa saja.




          Misalnya pengalaman pertama ngantar anak ke sekolahnya yang baru. Tulis saja kerepotannya. Mulai menyiapkan baju seragamnya, bekal makan, sepatu, kaos kaki, belum kalau anak bangun kesiangan dan susah untuk disuruh mandi. Bayangkan saja betapa repotnya seorang ibu menyiapkan itu semua demi sang buah hati.



             Dalam perjalanan mencapai cita-cita, pasti banyak rintangannya. Termasuk cita-cita bisa konsisten menulis. Rintangan itu bisa berupa merasa waktu yang kurang buat menulis, kerjaan rumah menumpuk, anak sakit, malas dan sebagainya. Nah, disini nih ujian (lagi) buat konsisten. Ndak mudah memang. Tapi bisa kok kalo kita niatnya kenceng buat belajar jadi penulis. Kadang di sela menemani anak bermain, atau dia lagi melihat acara televisi kesayangannya, kita bawa itu catatan, mungkin saja pas ada ide melintas, langsung deh dicatat. Catat saja dulu, pada saat senggang, catatan-catatan tersebut dapat diketik ulang, di handphone atau di laptop.



  

            Yang penting, harus yakin tidak ada yang tidak mungkin. Termasuk tidak mungkin jadi penulis. Dan untuk menjaga agar kita konsisten, kembali lagi ke niat awal. Niatnya bagaimana ? Atau niat menulis apa tidak ? Jangan sampai kita menyesal karena tidak menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan selama kita masih ada di dunia.


3.   Jangan takut.

     Jangan takut bila tulisan kita tidak akan diterima oleh pembaca. Kita harus yakin bahwa tulisan kita bisa diterima mereka.Harus ada keyakinan dan percaya diri bahwa tulisan kita menarik untuk dibaca. Semakin banyak berlatih, akan semakin baik kualitas tulisan kita.



4.   Jangan banyak mikir.

      Kadang kita terlalu banyak memikirkan ide yang ada di kepala.Merasa semakin banyaknya ide, malah tidak jadi menulis.Jadi, jangan banyak mikir, menulis sajalah.



5.   Siapkan buku catatan

     Catatan itu penting. Sediakan notes atau buku kecil untuk mencatat ide. Ide bisa datang dari mana saja, kapan saja, dari siapa saja dan bagaimanapun caranya.



6.    Cintai apa yang dikerjakan

    Cinta itu penting.Menulis juga butuh cinta. Kalau sudah cinta, kita akan melakukan apapun untuknya, bukan ?




          Sedikit berbagi pengalaman dari saya, pada saat saya memberanikan diri mengikuti salah satu event menulis. Event ini bukan tentang lomba menulis, namun mengajak para penulis, baik yang pemula maupun yang sudah berpengalaman menghasilkan karya untuk berpartisipasi. Kebetulan saya mempunyai tabungan naskah dalam bentuk cerpen. Waktu itu, saya masih belum paham betul mengenai cerpen, penulisan EYD, diksi, tata bahasa, tanda baca, paragraf dan sebagainya. Saya coba mengirim naskah saya, tidak mengharapkan apa-apa hanya ingin berpartisipasi. Dalam event tersebut, semua peserta berhak mengirimkan karya. Dan, dengan sangat percaya diri, saya mencoba mengirim naskah saya. Hasilnya ? Alhamdulillah, banyak koreksi, kritik dan saran. Berikut saya sebutkan koreksi naskah cerpen pertama saya :

1.        Harus membuang kata-kata yang tidak diperlukan tanpa merubah makna.

2.        Opening tidak boleh bertele-tele.

3.        Perhatikan tanda baca

4.        Perhatikan penulisan dialog yang benar

5.        Perhatikan diksi

6.        Masih banyak typo

7.        Kurang menggambarkan karakter tokoh dalam cerpen

8.        Perhalus alur cerita



        Dan alhamdulillah, dari 6 (enam) halaman naskah cerpen tersebut, yang saya buat dengan susah payah, tinggal separuh yang disetujui, itupun masih perlu perbaikan.



       Untunglah, saya masih diberi kesempatan merevisi naskah tersebut. Dengan catatan, saya harus mau mandiri mengedit tulisan saya, menyunting sendiri, memposting kembali di grup event tersebut, hingga menjadi naskah cerpen yang bisa dimasukkan kategori sesuai event.Itu bila saya masih menginginkan cerpen saya lolos seleksi. Bila tidak bersedia, silahkan mundur.Itu ultimatum. Apa saya lantas menciut nyali melihat kenyataan yang ada?



         Karena ternyata, menulis yang bagus, yang bisa menarik pembaca, itu tidaklah semudah yang saya bayangkan. Saya pantang menyerah. Meyakinkan diri untuk terus mencoba dan berusaha.Itu yang penting. Bila naskah saya lolos, itu suatu anugerah. Bila tidak, saya memang perlu belajar lebih banyak lagi.



         Akhirnya, saya perbaiki naskah cerpen tersebut sesuai dengan beberapa koreksi yang saya sebutkan di atas. Selesai dalam satu hari ?Tentu tidak. Hampir setiap hari saya perbaiki dan revisi. Karena ada deadline untuk perbaikan naskah. Meski saya harus berpeluh dan merasakan begadang tiap malam, akhirnya selesai juga revisi. Dan alhamdulillah, tidak mepet deadline.



            Lebih membanggakan lagi, naskah cerpen tersebut lolos seleksi dan akan diterbitkan dalam sebuah buku antologi. Meskipun dalam daftar peserta yang lolos seleksi, nama saya dicantumkan di urutan paling bawah. Tapi saya tetap bersyukur, usaha saya tidak sia-sia dan semakin melecut semangat saya untuk menulis lagi.



“Jangan menunggu.Tak ada waktu yang tepat. Mulai di tempat Anda berada dan kerjakan dengan alat apa saja yang Anda miliki, dan sambil Anda mengerjakannya, Anda akan menemukan alat yang lebih baik.”(Napoleon Hill).



#BelajarBikinODOP
#H-13

Post a Comment

0 Comments